Surat Cinta #10 untuk perbedaan


Kami seakan tercipta dari dua buah dunia yang begitu berbeda. Seperti hitam dan putih, berbeda tapi terlalu sering untuk terlihat bersama. Seperti dua sisi mata uang, begitu bertolak belakang tapi tak akan pernah bisa terpisah. Seperti langit dan bumi, begitu jauh perbedaannya tapi tak akan pernah bisa berguna jika tak berdampingan. Atau bahkan seperti Yin dan Yang, jika ingin merasa seimbang harus memiliki keduanya. Yah, begitu lah kami, tak pernah berada dalam satu pendapat yang sama. Selalu saja berbeda, bahkan hampir sama pun tak.

Sudah hampir beberapa tahun ini sejak pertemuan pertama kami, aku berada dalam sebuah pencarian. Mencari persamaan pada diri kami, walau satu sekalipun. Nihil. Bahkan semakin aku gencar mencarinya semakin aku tersesat, dan tak jarang lupa arah untuk pulang ke rumah. Pernah sekali aku bahkan terperangkap pada sebuah kotak musik dengan alunan melodi bethoven dengan fur elise yang seharusnya terdengar medu tapi terdengar begitu sumbang dan kaku di telingaku.

Jangan tanya bagaimana aku bisa meloloskan diri dari kotak musik itu, suaramu yang merdu menuntunku pulang kerumah, lalu larut dalam dekapanmu dengan sesenggukan. Tak perduli takut hitam dan putih yang melebur akan menjadi kelabu. Aku akan terus mendekapmu.

“Apa yang kau cari, sayang?”
Sebuah suara yang jauh tapi terdengar cukup dekat berbisik padaku.
“Berhentilah, sayanag. Tak ada yang perlu dicari, dia sayang kamu, kamu sayang dia, itu sudah cukup.”
Suara itu berkata lagi, dengan nada lirih tapi penuh dengan kepastian, seakan menuangkan harapan pada mangkuk yang aku sendiri belum yakin bisa atau tidak dikatakan sebagai harapan.

Lalu aku berhenti mencari. Aku diam, berdiri stagnan pada suatu garis yang bahkan aku tak tahu berujung atau tidak. Garis yang mungkin suatu saat bisa mencekikku habis atau menarikku menuju nirwana. Entahlah, aku tak tahu.

Teruntuk perbedaan,
                Kata sebagian orang kamu indah, apa benar ?
                Kalau begitu sisi mana yang benar, tolong katakan padaku, aku benar-benar bingung.

Sincerely, me.

1 komentar: