Dandi Putri Sejiwa (Part II): Sedetik Menunggu Untuk Melangkah Lebih Maju




Sebenarnya tulisan ini emang agak basi sih ya, karena diterbitkan ketika kami sudah beberapa bulan menikah. Tapi aku harap, apa yang aku share kali ini bisa bantuin dan kasih inspirasi buat teman-teman yang sedang merencanakan lamaran atau bahkan menikah di waktu dekat. Acara lamarannya berlangsung kira-kita sebulan setelah lebaran. Masih pas kalau digunakan sebagai ajang silahturahim lah, ya.

Sedikit bingung kalau aku diminta cerita bagaimana sampai akhirnya kami berani mengambil langkah menuju level yang lebih serius lagi tahun 2018 kemarin. Engga ada yang spesial dari hubungan kami berdua sebelum ini. Semenjak awal 2017 setelah aku kembali ke kota Surabaya karena lagi lagi penempatan kerja (alhamdulillah Surabaya, I am back!), kami tetap sering jalan bareng seperti biasanya, nonton bareng, coba kuliner-kuliner baru. Hingga akhirnya suatu hari, kami pulang dari kota Tuban menghadiri pernikahan salah satu kawan kami. Sebelum pulang, kami memutuskan untuk ke bioskop. Seperti ada kupu-kupu di perut kalau kata penyair. Sudah lama rasanya aku tak merasakan hal itu, lalu ternyata, he felt too.

Jadi, di awal tahun 2017, Mas Dandi sekeluarga pergi umroh. Yes, waktu itu aku sudah kembali ke Surabaya, tapi yang aku tahu lagi dia lagi deket sama yang-tidak-ingin-kusebut-namanya hahaha and of course, i am the single market with broken heart. Oh no no, broken heart bukan karena dia punya pacar ya. I just left by man yang ngakunya sih minder because my career and because I take master, ternyata orang-orang suka ada benernya. Jadi inget banyak banget yang comment, "Yakin mau ambil S2? Nanti engga ada yang mau loh sama kamu. Ditambah karir bagus lagi, laki-laki nanti lari lo karena minder."

Oh, halo! Cuma pengecut yang punya pemikiran seperti itu. :))

Terharu sebenarnya waktu Dandi cerita ini, secara kami memang tidak punya hubungan se-spesial itu. Ketika umroh, ada satu doa yang dipanjatkan sama Dandi ketika dia meminta jodoh. Engga tahu kenapa katanya, aku terlintas begitu saja di pikirannya. Oh well, tanah suci memang tempat doa diijabah. Semoga kamu bisa kembali ke sana, dengan aku tentunya. Hehe.

Semakin dicari semakin jauh, sepertinya pepatah itu ada benarnya. Semakin kami mencari, kayaknya ya semakin engga dapet aja gitu. Hingga suatu hari, we realized, ternyata apa yang kita cari selama ini ternyata ada di samping kita. Semesta memang ajaib! Udah deh, kalian stop untuk cari yang gini lah gitu lah, pokoknya yang sempurna dan pas buat aku, Kak Min. Just stop it! Cobalah untuk lebih peka dengan sekitar kamu, siapa tahu ternyata jodohmu orang cubicle sebelah, siapa tahu ternyata jodohmu tetangga belakang rumah. No ones know.

Hingga akhirnya, setelah hari raya tanpa briefing dulu ke aku, Dandi main ke rumah dan ngomong langsung sama Papa. Hebatnya lagi, Papa-ku langsung aja meng-iya-kan. Daebak ngga tu? Aku yang lagi di kamar udah menuju mberebes mili aja. Terharu :)))))

Setelah melalui diskusi panjang berdua, akhirnya tanggal 5 Agustus kami melangsungkan syukuran sekaligus perkenalan kedua belah pihak dari keluarga besar kami. Tapi sebelum itu, ada proses panjang mengenai printilan-printilan lamaran yang harus disiapkan. Terutama masalah cincin, kami sudah keliling BG Junction sampai Royal Plaza tapi karena pengetahuan kami masalah gitu cetek, kami akhirnya engga dapat apa-apa.

Atas rekomendasi dari Papa, akhirnya kami dapetnya di daerah Rungkut, namanya Nawwis Jewelry. Ternyata mereka emang spesialis cincin couple buat tunangan atau nikahan. Itu sudah aku link ya, siapa tahu teman-teman butuh. Untuk masalah price, jangan khawatir, masih bisa dijangkau untuk kita yang emang low budget untuk masalah acara.

Ring by Nawwis Jewelry


Untuk dekor, kami pakai dekor milik istrinya sahabatnya mas Dandi, mbak Lia namanya Ibra Decoration. Bagus banget, mewah, tapi simple sesuai dengan keinginan aku banget. Mbak Lia bela-belain sampe tengah malem cuma untuk nata dekor di rumah. Makasih banyak, Mbak. :3

Pesan untuk teman-teman yang mau punya hajatan, persiapkan semuanya jauh-jauh hari. Karena kemarin di hari minus sekian kami masih bingung masalah baju. Akhirnya pilihan dijatuhkan ke Danar Hadi Batik untuk seragam keluarga. Untuk penceramah orang tuaku engga ingin yang terlalu serius, jadilah kami mengundang ustadz kondang Surabaya, Djadi Galajapo.

Oiya selain itu, ada yang lebih penting disiapkan untuk masalah seserahan. Karena kami berdua sama-sama orang jawa, jadi seserahan terdiri dari peningset barang-barang yang dipakai perempuan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Isinya kurang lebih:


  1. Kain untuk akad atau pesta yaitu bahan kebaya dan jarik (yang nantinya aku jahit untuk busana waktu akad)
  2. Keperluan untuk kerja, isinya ada tas dan sepatu
  3. Alat sholat
  4. Underwear (ini karena Dandi bingung akhirnya kami beli berdua dan of course aku yang pilih)
  5. Toilettries, lagi-lagi aku yang pilih karena kan nantinya aku yang pakai. Belinya di Jakarta waktu kebetulan aku lagi dinas Jakarta. 
  6. Ketan, kalau kata orang Jawa supaya hubungan kita nantinya lengket terus
  7. Gula, teh, kopi, dan teman-temannya supaya kehidupan berumah tangganya manis.
  8. Kue dan jajanan ini opsional sih, biasanya yang bawain malah saudara-saudaranya yang penting peningset dari ujung rambut sampai ujung kakinya sudah dipenuhi.
Untuk vendor-vendor yang sudah banyak bantuin kami di antaranya:

Wedding Planer: Bolo Dewe Wedding Planner
Photography: Perfeito Photo
Decoration: Ibra Decoration
Attire: Danar Hadi
Ring: Nawwis Jewelry

Sedikit tips dari aku untuk teman-teman, karena semua peningset ini kita yang pakai, cobalah ngobrol sama calon kalian agar kalian juga ikut cari. Karena nanti mubadzir aja kalau kalian ternyata engga cocok dan akhirnya engga kepakai. Kemudian yang paling utama tentu jangan lupa selalu tentukan total budget dan selalu gunakan moment moment diskonan. Siapa tau malah sisanya bisa dipakai untuk hal lain.

Aku siapinnya mepet banget dan disambi kuliah dan kerja. Ada drama? Pasti, tapi alhandulillah Dandi orangnya cooperative banget dan malah sangat pengertian. Tentunya juga atas bantuan kawan-kawan vendor yang luar biasa sehingga acara sederhana kami bisa berjalan dengan lancar sekali.

Jadi, sudah sampai mana persiapan kalian?


Salam, Putri.













Dandi Putri Sejiwa (Part I) : How I Met Him?

Suatu hari, aku kirim pesan kepada dua orang sahabatku dengan pertanyaan yang sama. Pertama, aku tanya ke Anita. Why Anita? Dia sahabatku yang tahu banget aku seperti apa orangnya, yang tahu banget perjalanan hidupku, yang tahu banget dosa apa saja yang aku buat, yang tahu banget siapa aja gebetan-gebetanku. Hehe.

I sent him a message, 

"Kamu kaget ngga kalau aku nikah sama Dandi."

and she answered, "Engga banget."

Kedua, aku kirim pesan sama Sultan (yang akhirnya aku percayakan sepenuhnya acara pernikahanku sama dia. Kenapa Sultan? Aku bahkan lupa kami dulu jadi berteman karena apa. Padahal kalau diurut, engga ada ceritaya dari TK sampai kuliah kami satu sekolah atau engga ada ceritanya kami berteman karena satu circle. Long long story sampai akhirnya kami bisa berteman baik sampai sekarang.

I asked, "Kaget ngga kalo aku nikah sama Dandi."

Kalian tahu dia jawab apa? Dia jawab, "Aku malah kaget kalau kamu nikahnya engga sama Dandi."

Sebenarnya pertanyaan itu aku lontarkan bahkan sebelum akhirnya aku dan Dandi memutuskan untuk menikah. Kalau dipikir-pikir ternyata cinta bisa selucu ini. Kami kenal pertama kali di tahun 2011, waktu itu kami masih di bangku kuliah dan sedang masa KKN. Dandi adalah salah satu kawan satu tim di KKN, tempat kami KKN lumayan terpencil di daerah perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Namun bahkan, di hari perkenalan tim di kampus kala itu, aku sama sekali tidak menyadari kehadirannya.

Dandi baru saja menyelesaikan PKLnya, dia sudah tidur beberapa hari katanya. Jadi, ketika aku mulai mengoceh siang itu di depan teman-teman tim (i am kind of people yang kalau lagi di suatu grup tapi tidak ada yang mulai bicara jadinya gemes lalu akan menjadi yang paling pertama angkat bicara), kata Dandi-ini aku dapat cerita dari dia-sebel banget lihat aku yang sok banget berbicara di depan. Bodo amat, sekarang udah jadi istrinya. Hehe.

Tapi semenjak itu, kami sering menghabiskan waktu bersama, kuliner bersama (dasarnya sama sama doyan makan), sering banget nonton berdua, dan ngga sedikit sih yang komen, "kenapa kalian ngga pacaran aja, sih?" Males banget lah waktu itu hahaha.

Kami sering spent time berdua dan herannya, kami ngga pernah kehabisan cerita ketika lagi berdua. Dia cerita semua gebetan-gebetannya (iya, playboy emang haha), aku cerita soal mimpi-mimpiku. Jadi, ketika Anita sibuk dengan kampusnya, ya Dandi ini jalan keluarku. Hehe. Dia tau segala cerita tentang broken heart-ku dan drama-drama-ku. Hingga akhirnya aku lelah, dan berhenti mencari.

Thats why, aku kaget ketika suatu hari dia mengirimkan sebuah pesan.

"Kapan-kapan aku ke rumah, ya?"

"Ngapain?"

"Bilang baik-baik sama bapakmu."

Hingga akhirnya aku paham apa itu sedetik menunggu untuk melangkah lebih maju.

Foto ini diambil tahun 2016 ketika aku ditempatkan di luar kota karena pekerjaan. Pulang ke Surabaya, yang dicari Dandi :)