Difference

Mr. Nob:
Drink?

Nona Pop:
Yes, please..

Mr. Nob:
Are you tired?

Nona Pop:
*take a deep breath*

Mr. Nob:
*laughing and then kissing Nona Pop's hair*

Minggu pagi ialah waktu yang paling tepat untuk melakukan beberapa olahraga ringan seperti berlari. Itu sebabnya, Nona Pop menerima tantangan Mr. Nob Jumat kemarin untuk menemaninya berlari-lari ringan. Tapi yang Nona Pop terkadang suka lupa, dia tidak pernah berbakat perihal olahraga. Nilai olahraganya di sekolah tak pernah lebih dari angka 7. 

Nona Pop dan Mr. Nob ialah dua orang yang sangat berbeda dalam segala hal. Nona Pop tak pandai berolahraga, tapi Mr. Nob ahli dalam bidang itu. Nona Pop memiliki suara yang lebih baik dia tak usah bernyanyi, sedangkan Mr. Nob pandai memainkan alat musik dan mempunyai suara yang indah. But, yeah, it's not a big deal. They still love each other.

Mr. Nob:
Siap untuk ronde selanjutnya?

Nona Pop:
I think..

Mr. Nob:
Kidding! How about nasi pecel for breakfast?

Nona Pop:
I like you! I like you very much!

Mr. Nob:
*chuckling and hold Nona Pop's hand*



Long Distance in Relationship? Shall we?

Awan hitam masih menggantung di langit Februari Bandara Internasional Juanda di bagian keberangkatan Internasional. Beberapa penerbangan sempat delay sebab cuaca buruk. Termasuk pesawat yang akan mengantarkan bocah dengan kemeja kotak-kotak yang duduk di samping Nona Pop dan terlihat gelisah.

Ketika Nona Pop bertemu dengannya, laki-laki itu masih menjadi mahasiswa di kampus yang sama dengan Nona Pop. Tapi profesinya sebagai seorang dokter membuatnya tak selalu bisa menetap di Surabaya. Setahun mengabdi di daerah Flores, kemudian beberapa bulan di Jakarta, dan sekarang harus kembali belajar di negeri orang, Belanda.

Nona Pop:
Are you okay?


Mr. Nob:
Fine, thank you. Kamu kedinginan? Let's buy some coffee.


Nona Pop:
Aku lebih mengkhawatirkan kamu. Hampir 20 jam perjalanan. Surabaya - Amsterdam is so far away, Sir?


Mr. Nob:
You're not ready yet, right?


Nona Pop:
Surabaya - Jakarta  is fine. But this.


Mr. Nob:
Aku akan transit di Jakarta selama sekitar 4 jam sebelum akhirnya kembali transit di Abu Dhabi. I promise to keep in contact with you. Okay? I promise to send you an email a day from Amsterdam. Just keep in touch and everything will be okay. Okay?


Nona Pop mengangguk tanda setuju. Bibirnya terkunci rapat. Laki-laki itu mencium rambutnya lalu beranjak sejenak dan kembali dengan dua gelas kardus kopi.

Laki-laki itu masih tersenyum meski Nona Pop tahu matanya terlihat gelisah. Sama dengan apa yang dirasakannya sekarang. Perbedaan waktu, jarak yang terlalu mustahil untuk digapai. Kuatkah dia? Kuatkah mereka?

Mr. Nob:
Kok diem? Cerewet kek kayak biasanya.


Laki-laki itu memeluk Nona Pop yang bibirnya masih mengatup. Tangannya serasa kaku. Gelas kardus di tangannya hanya dipegangnya saja, isinya belum juga dia sentuk. Pipinya mulai terasa hangat. Nona Pop diam-diam menangis.

Mr. Nob terlihat lebih tegar, tapi Nona Pop tahu dia menyembunyikan air matanya saat memeluk ibunya sebelum keluarganya pulang terlebih dulu satu jam yang lalu.

Mr. Nob:
Don't worry, we will be fine.



Seseorang tiba-tiba duduk di samping Nona Pop dan membuyarkan lamunannya. Ya, mereka akan baik-baik saja. Nona Pop dan Mr. Nob akan baik-baik saja seperti yang dikatakan Mr. Nob. Tapi itu beberapa bulan yang lalu. Bulan Februari, sebelum Nona Pop menyium aroma natal pagi ini. Sudah dua bulan, tak satu pun surel yang masuk di kotak masuknya.

Ari:
Ngelamunin apa sih?

Nona Pop:
Nothing. Where have you been? Kamu terlambat sejam dan tanpa kabar.


Ari:
But you still waiting.


Nona Pop:
I just, have nothing to do.


Ari:
Well, I am sorry. I am not proffesional today. Sebagai permintaan maaf, selesai meeting kita hari ini. Aku traktir kamu. Ada tempat makan bagus dan enak di daerah Manyar. Deal?


Nona Pop:
Deal!

Membaca Isi Kepala Perempuan

Ari:
Aku heran, kenapa perempuan cantik senang sendirian?

Seseorang mengagetkan Nona Pop yang sedang melamun. Sore ini sedikit basah di jendela kedai kopi langganan juga di pipinya. Nona Pop membasuh pipinya lalu memandang ke arah laki-laki yang masih dengan setelan eksekutif muda-nya. Benda bulat di atas kasir menunjuk ke angka delapan. Rasanya, laki-laki ini belum juga pulang ke rumah.

Ari:
Sedang menunggu?

Ya, Nona Pop sedang memainkan sebuah permainan yang tak perlu lawan untuk menjadi pemenang. Menunggu. Tapi tentu bukan itu yang dimaksud Ari. Jawabannya, tidak. Nona Pop sedang tak menunggu siapa-siapa. Nona Pop sengaja menjauh dari keramaian, memilih secangkir cokelat panas dan memandang jendela berharap kesedihannya turut jatuh seperti titik-titik hujan. Tapi nyatanya, tidak.

Ari:
Are you, okay?

Nona Pop hanya tersenyum. Rasanya tak mungkin bercerita mengenai apa yang dialaminya beberapa hari terakhir ini kepada laki-laki yang baru ditemuinya sekali saja. Bahkan Nona Pop belum tahu siapa dia, dari mana dia, apa dia orang baik-baik, atau seperti apa keluarganya.

Ari:
Akusedang tak menulis monolog bukan, Nona Pop? Aku suka heran dengan perempuan, mengapa tak mau jujur saja minimal dengan dirinya sendiri jika memang sedang dalam kondisi tidak baik? Mengapa perempuan suka seenaknya saja, menganggap dirinya tak pernah salah? 

Nona Pop kini tahu, Ari juga laki-laki biasa. Sama seperti lainnya yang akan mengeluarkan pernyataan seperti tadi. Kita hentikan cerita Ari dan Nona Pop sampai di sini, kalian bisa menunggu cerita selanjutnya nanti di sini. Aku akan mengajakmu jalan-jalan ke dalam pikiran perempuan lewat sebuah puisi. Maka, mari datang ke acara kami Sabtu besok, 5 Desember di Oost Koffie en Thee, Jl. Kaliwaron No. 60 Surabaya Pukul 19.00

Malam Puisi Surabaya


Mari bersama-sama kita belajar membaca isi kepala perempuan lewat puisi. Sebab Malam Puisi Surabaya yang diselenggarakan oleh Kota Jancuk tak setiap bulan hadir, maka merugilah kalian yang tak menyempatkan diri untuk hadir.

Banyak yang masih belum paham, bahwa Malam Puisi bukanlah hanya acara untuk para penggiat sastra, penyair, atau sejenisnya. Malam Puisi ialah acara untuk siapa saja. Bahkan kalian bisa ajak siapa saja untuk hadir. Entah itu sekadar datang, mendengarkan mereka membacakan satu dua bait puisi, atau ikut membacakan satu dua buah puisi. Kami akan senang sekali dengan kedatangan kalian.

Sampai jumpa tanggal 5.