Kepada Suamiku

kepada suamiku,

aku mencintaimu, seperti rangkaian sajak indah yang dibagikan di sosial media  oleh para pecinta kata lalu di-retweet oleh followersnya.

aku mencintaimu, dan aku tak percaya akan teori dua buah lingkaran yang bersisian namun tak beririsan katamu. semua hanya tentang jarak.

aku mencintaimu, lalu aku akan menjadi penghidup cinta yang katamu mati oleh wanita sebelum aku. cinta matimu, katamu.

aku mencintaimu, tak usah kau merepotkan diri atas kenangan yang ingin merdeka. mereka itu urusanku. kamu, merebahlah pada pelukku.

aku mencintaimu, laut dan hutan yang menari di surga pasir putih dadaku katamu sudah kukenali, dan itu berwujud kamu.

aku mencintaimu, ingatatan-ingatan yang bertamasya di antara bayang-bayang trauma dan traoma pada benakku itu, ternyata serupa kamu.

aku mencintaimu, lebih dini dari pagi hari, lebih larut dari malam hari, dan lebih indah dari senja hari.

aku sudah mempelesir mimpi karenamu. semua hal di sana memuja kamu, mengucap namamu, dan berwujud kamu.


Selamat ulang tahun pernikahan yang pertama, Suamiku sayang. Terima kasih atas semuanya selama setahun denganku. Terima kasih telah banyak meninggikan sabar, melebarkan telinga mendengarkan keluh kesahku, dan selalu membuka kedua tanganmu untuk memelukku ketika dunia sedang tak berpihak padaku.

Semoga segala ikhtiar kita segera di-acc oleh Allah ya, sayang.

Semoga sehat selalu, sukses dalam karirnya, semakin sayang dengan keluarga, dan menjadi imam yang dapat menuntut keluarganya hingga ke Surganya Allah.


Aku mencintaimu.


With love,
istrimu.
Ting Tong.. Ting Tong..

Suara itu lagi, suara bel yang terbatuk-batuk karena usia itu buatku ibarat seorang pengganggu yang mengoyak-koyak tubuhku yang masih saja tertidur lelap untuk bangun. Matahari belum juga nampak, dingin masih betah memeluk namun bel batuk itu sudah berbunyi saja.

Tak lama setelah itu pintu kamarku akan diketuk oleh Ibu. 

Tok Tok Tok.

"Sudah siang, mau sampai kapan tidur?"kalimat yang sama setiap hari, suara yang sama setiap hari.

Sebelum aku berangkat ke kantor, ketika aku mengenakan sepatuku di teras rumah selalu kulihat satu buket bunga terdampar di meja teras. Ibu menghampiriku sambil berkata, "Itu bunga buat kamu." - selalu seperti itu setiap hari.

***

"Selamat pagi, Mbak Dona!" -- sapaan itu setiap pagi, dari satpam kantor dan Mbak Nuke, resepsionis kantor. Setelah itu, kutemui setangkai bunga mawar putih di mejaku dengan tulisan, "Selamat pagi, Dona!"

***

Oh iya, mengenai buket bunga tiap pagi dan setangkai mawar putih di meja kerja memang tidak setiap hari, itu semua ada semenjak dua minggu yang lalu. Selang-seling setiap hari, Senin ada, Selasa tidak, Rabu ada, Kamis tidak, begitu seterusnya. Sampai vas bunga hijau toska di sudut mejaku penuh dengan mawar putih, ada yang masih segar, ada yang layu dan juga hampir layu. sebuah tanda tanya yang menggelantung di kelopak mataku makin membesar, berat, membuatku semakin mengantuk namun tak ingin tidur.

Aku membetulkan jas kuning gading yang membalut dress biru pastelku sore itu, kuteguk sebotol teh dingin di pinggir halte tak jauh dari gedung tinggi tempatku bekerja. Matahari menyisakan semburat oranye indah namun serasa panas. Tapi aku yakin, di ibukota ini tak akan ada yang menghiraukan panasnya warna oranye namun indah di ufuk barat yang hadir setiap senja itu. 

Jalanan sibuk dengan asap kendaraan bermotor warna hitam dimana-mana, polisi-polisi sibuk mengatur jalan mengurai kemacetan, kenek metromini sibuk berteriak dan menarik ongkos kepada penumpang, beberapa pasang kaki sibuk berlari mengejar waktu, kecuali aku, aku merasa hening dalam riuh tiap senja.

Aku sengaja membawa setangkai yang baru saja diletakkan di meja kerjaku pagi tadi untuk kubawa pulang, kupikir kamarku akan terlihat cantik jika kuberi setangkai di sudutnya sambil mencoba mengurai tanda tanya.

***

Tok Tok Tok. 

Kulihat jam masih menunjukkan pukul delapan malam, belum pagi, tapi kenapa sudah ada yang mengetuk pintu?

"Iya?"seruku.

"Sayang, ada tamu!"seru Ibu dari luar.

"Siapa?"

"Ibu lupa namanya, lebih baik kamu segera keluar."

Lalu suara itu lenyap.

Aku melangkahkan kakiku menyusuri anak tangga rumah sederhana berlantai dua itu. Kulihat anak laki-laki berdiri di serambi rumah, ada sebuket bunga lagi di meja teras. Laki-laki itu tak seperti kebanyakan laki-laki yang datang ke rumahku, setelan jas dan sepatu mengkilat. Dia hanya mengenakan celana jeans rapi dan kemeja dilipat sesiku, lalu parfumnya....aku hampir pingsan, ada memori yang tiba-tiba merangkak keluar dari tempat yang sudah kukunci rapat-rapat di pikiranku.

"Permisi, mas, mau cari sia..."

Laki-laki itu membalikkan badannya.

"Malam, Dona."

"Kamu? Jadi kamu yang selama ini..."

"Sudah dua minggu lima hari, kamu belum juga tahu pesan apa yang ada di balik bunga-bunga yang kukirim? Atau bahkan kamu belum tahu siapa pengirim bunga-bunga itu?"

"Aku..."

"Coba kamu baca ini."kata laki-laki itu sambil menyerahkan secarik kertas kumal berwarna merah muda. 

Dear, Dimas.
Aku terlalu muda untuk mengerti apa itu cinta.
Aku terlalu bodoh untuk membaca perasaan-perasaaan.
Tapi yang kutahu, Tuhan menciptakan makhluknya berpasang-pasangan.
Memberinya sebuah rasa bernama cinta dalam hati setiap kita.
Nyatanya, cinta itu bernama kamu.Pergilah, raih cita-citamu.
Aku baik-baik di sini, lebih baik dari apa yang kamu kira.
Menunggu.. mungkin itu yang akan kulakukan.
Jika kita sudah siap nanti, dan kau sudah memeluk cita-citamu,
datanglah, berikan aku sebuket bunga dan setangkai mawar putih,
maka, aku akan kembali mengingatmu, 
sebagai soerang kekasih.

Aku berdiri terpaku tak tahu apa yang harus aku keluarkan dari  bibirku dengan lidah yang mulai kelu, mataku mulai layu badanku makin terlihat kuyu, surat itu berumur sepuluh tahun, aku mungkin tak akan mengingatnya sebelum hari ini, sebelum akhirnya Dimas, menepati janjinya.

Surabaya, 2013.

Pradanas Vakansi (Day I): di Joga Sempat Digangguin Sesuatu(?)

Semenjak ada tol trans jawa rasanya mau lintas provinsi bukan jadi halangan sebatas tiket kereta atau tiket pesawat yang mahal asalkan kuat dan tatak nyetir sendiri. Setelah dihitung kasar masalah budget dan sebagainya, bawa mobil sendiri lebih hemat daripada naik kereta atau pesawat. Berangkatlah kami hari Sabtu pagi sekitar pukul 3 pagi, awalnya Dandi yang pegang kemudi, setelah sholat Subuh, paduka tiba-tiba ngantuk. Tukar shift dengan istrinya sampai sekitaran Klaten kalo engga salah (sudah turun tol) dan tiba di Jogja sekitar pukul 8 pagi.

Kurang afdol rasanya sampai Jogja belum makan gudeg, mampirlah kami ke daerah Wijilan alias kampung Gudeg dan singgah di Gudeg Yu Djum yang sudah tidak diragukan lagi rasanya, tapi sayang disayang, ternyata Keraton selama kami di Jogja tutup huhu jadi engga ke Keraton sama sekali, bahkan foto di depannya akhirnya ya engga.

Karena aku harus buka laptop sedikit ada kerjaan, mampirlah kami di McD Jl. Sultan Agung, kenapa milihnya di McD ini? Karena masih pagi, selain belum bisa check in hotel juga belum ada cafe yang buka. Selain itu, McD Sultan Agung ini lain daripada yang lain. Ada yang sudah pernah ke sini? McD Sultan Agung konsep bangunannya sangat klasik seperti rumah joglo, interior di dalamnya juga semacam rumah rumah jawa gitu ditambah lagi kami dapat promoan kentang goreng gratis yaudah tambah betah.

Kami bermalam di sebuah resort sekitar 15 menit dari tengah kota sekitar Ring Road Sleman, namanya The Westlake Resort Yogyakarta. Resortnya nyaman sekali, cocok buat keluarga atau yang mau bulan madu. Ada dua view, danau atau air terjun gitu. Kami dapat view yang air terjun, kayanya sih yang view danau harganya lebih mahal. Haha. Tapi kami menikmati sekali dua malam di sana, kalau yang bawa anak kecil bisa keliling danau naik perahu sambil memberi makan ikan dan berhenti di pulau kecil tengah danau memberi makan kelinci. Kolam renangnya juga engga terlalu dalam lah kalau buat ukuran aku hehe. Kita juga bisa sewa sepeda pancal IDR 20k keliling area resort yang luas banget.



pemandangan menuju kamar resort

taman di tengah hotel

lake view


Malam pertama di Yogja,kami mampir ke Sate Klathak Pak Pong, agak jauh dari hotel. Daerah Pleret, Bantul, kalian bisa cari di google untuk lebih jelasnya. Terakhir ke Pak Pong sekitar awal tahun lalu, aku harus ngantri sekitar satu jam. Eh, kemarin engga ada 10 menit makanan sudah disajikan di depan kami. Kami memesan satu porsi sate klathak, satu porsi tongseng otak sapi, dan satunya apa ya lupa hahaha. Habis dalam sekejap pokoknya semuanya.


sate klathak pak pong

Setelah dari Pak Pong, engga afdhol rasanya ke Jogja tapi engga mampir ke Filosofi Kopi. Tempatnya memang engga di tengah kota banget, konsepnya kaya warung dengan harga yang pricey hehe. Entahlah aku lebih suka Filosofi Kopi yang di Melawai. Karena menurutku, menu dan tempatnya engga singkron gitu. Menunya modern tapi tempatnya klasik, kenapa engga sekalian aja dikasih menu angkringan. Kalau dari segi rasa, okelah. Cuma mendingan main ke Couvee Jogja terus pesen es kopi gula Jawa atau sekalian ke Jonje Resto, kalian bisa ngafe sekaligus foto dengan view Tugu Jogja. Sambil menyelam minum air, karena kalau foto di Tugu Jogja kadang suka engga memungkinkan karena lalu lalang kendaraan.


foto di sini biar seperti yang lainnya
 
Ada hal yang menarik ketika lepas solat isya kami meninggalkan resort untuk jalan-jalan ke kota Yogya, tiba-tiba google maps kami menunjukkan arah yang tidak biasanya. Padahal, harusnya kami tahu jalannya karena sudah beberapa kali kami lewat situ. Tapi entah kenapa kami ikut aja itu google maps belok kiri sampai akhirnya ada tulisan “jalan buntu, jangan nuruti google maps” entah apa sering orang nyasar ke situ atau bagaimana. Kejadian ini juga bersamaan dengan tiba-tiba hilangnya frekuensi radio prambors jogja yang kami dengarkan semenjak di Jogja, tiba-tiba kresek kresek gitu aja.

Akhirnya, setelah putar balik kami memutuskan mengingat-ingat jalan yang seharusnya kami lewati. Ketika menuju jalan besar, kami melewati sebuah masjid yang bersebelahan dengan pemakaman umum. Di depan pemakaman umum ada bapak-bapak pakai baju serba putih sedang berjalan, pikirku, ngapain pula ini bapak jalan sendirian sedangkan solat isya berjamaah juga pasti udah bubar dari tadi.

Hal yang paling menyebalkan, ketika aku konfirmasi ke suami apa dia lihat juga bapak-bapak itu, dia bilang engga L. Lalu, tadi siapa yang aku lihat ?



Wallahualam.

Pradanas Goes To Solo

Beberapa bulan yang lalu setelah melewati beberapa drama, aku dan bapak Dandi memutuskan untuk jalan-jalan ke Solo. Kenapa Solo? Emang ada apa sih di Solo? Engga tahu juga, aku cuma ingin sekali mengunjungi kota itu dan engga sabar dengan kejutan-kejutan yang bakal terjadi. Diputuskan weekend untuk mengunjungi Solo berhubung kami sama sama budak negara jadi hanya bisa meluangkan waktu ketika akhir pekan.

Sehari sebelumnya, bapak Dandi sudah pesan kamar hotel melalui aplikasi. Random banget, hotel budget semoga tidak terlalu mengecewakan. Rencana berangkat dari Surabaya pukul 4 setelah sholat Subuh berakhir wacana karena kami raja dan ratunya mager. Pukul 5 kami baru keluar dari rumah, menempuh perjalanan sekitar 3 jam dengan mencoba jalur baru tol transjawa. Lumayan nih harga tol-nya, hampir Rp250 ribu sekali jalan Surabaya-Solo.

Sekitar pukul 8 kami sudah tiba di Solo, terus mau ngapain? Namanya travelling, kami belum punya rencana mau ke mana-mana. Iya, jangan dicontoh. Berkat google dan netizen akhirnya kami memutuskan untuk cari sarapan. Beberapa waktu yang lalu bapak Dandi ngidam nasi liwet gitu, eh kan kami sekarang ada di kota penghasil nasi liwet. Carilah kami yang buka pagi hari, karena kebanyakan yang terkenal di media sosial bukanya sore hari hingga malam. Ternyata ada tuh yang buka pagi hari, di pinggiran jalan gitu. Karena kami datang di jam sarapan, harus sabar mengantri. Penjualnya sudah sepuh, tapi soal rasa, top markotop gengs. Kaget juga kami, seporsi cuma Rp9 ribu. Jadi, dua orang engga sampai Rp20 ribu. Tanpa minum ya, karena kebiasaan kalau kami sedang pergi selalu bawa tumbler sendiri.


Nasi Liwet Khas Solo


Karena jadwal check in hotel masih siang nanti, kami coba main ke Keraton Surakarta Hadiningrat. Tips untuk kawan-kawan, jangan ke sini ketika hari Jumat. Karena menurut informasi yang kami dapat, kalau hari Jumat tutup. Di sini kalian bisa main ke museumnya, atau menyewa andong untuk dibawa keliling komplek Keraton. Kami? Jajan es dawet telasih di depan keraton.


Setelah plesir sebentar, eh perut laper lagi nih. Lagi-lagi berbekal google dan netizen akhirnya kami mencoba Selat Solo dan Timlo Solo. Kami coba dua-duanya. Sampe situ, oh, oke, ternyata lidah kami yang lidah Suroboyoan ini engga cocok cocok amat sama makanan Jawa Tengahan. Gudeg accepted, Nasi Liwet cuma accepted, tapi untuk dua menu kali ini. Cukup coba sekali saja. Sebelum istirahat siang ke hotel, kami nyangu serabi Solo yang terkenal itu, tentunya. Itung-itung buat cemilan di hotel.

Perjalanan kami ke Solo kali ini memang sebenernya dan sesungguhnya berburu makanan, kami ingin coba kuliner di Solo. Karena banyak sekali yang tanya, ngapain sih ke Solo? Emang ada apanya di Solo? Mending ke Jogja aja sekalian. Eh, jangan salah. Solo itu banyak sekali apa-apanya. Engga kalah dari Jogja, sama menyenangkannya juga dari Jogja.

Sorenya, bingung nih kan mau makan apa lagi. Ternyata katanya di dekat hotel kami ada Tengkleng Pak Manto yang terkenal dengan Tengkleng Rica-ricanya. Setelah mandi dan bersih-bersih, ke sanalah kami sebelum maghrib. Astaganaga, ngantrinya lumayan cin, kami nunggu setengah jam lebih. Tapi serius, semua itu worth it  banget ketika pesananmu sudah di meja. Kami sampai engga sempet foto, saking lekoh-nya dan speechless-nya. Saranku, kalian coba pesan tengkleng rica-rica dan sate buntel. Ter-dabest!

sempet foto tengkleng rica-rica sebelum kalap

Setelah kenyang, waktunya untuk santai-santai di angkringan cari yang hangat-hangat. Meskipun sebenernya selimut hotel sambil pelukan itu lebih menyenangkan, tapi kami engga mau menyia-nyiakan perjalanan singkat ini. Kalian bisa mampir ke Angkringan Omah Londo yang ada di daerah Laweyan, ini semacam angkringan tapi di dalem rumah loji. Sayangnya, di sini harganya agak pricey dan rasanya B aja. Malah mending main ke Shi Jack, angkringan dan jual susu sapi yang cabangnya sudah banyak di kota Solo. ((Bagaimana kalau aku franchise dan bukan di Surabaya. Hmmm))

Hari selanjutnya, aku sudah pesan ke suami pengen banget ke dua tempat. Satunya tempat makan tentunya, tapi satunya lebih ke tempat edukasi gitu. Namanya Rumah Atsiri, dapat info dari salah satu kawan saya. Kebetulan sekali kan sekarang lagi hype mengenai perminyakan dan diffuser. Sebenarnya, aku dikenalkan diffuser sebgai aromaterapi oleh Papa sudah lama sekali, karena kebetulan aku punya penyakit asma. Eh, di tahun 2019 ini jadi ngehits sekali.

Rumah Atsiri berada di daerah Tawangmangu, dari Kota Solo membutuhkan waktu kurang lebih 45 menitan (kami berangkat naik tol dan lewat jalan biasa ketika kembali menuju Solo). Saat ini pun, Rumah Atsiri Indonesia masih dalam tahap penataan beberapa fasilitas. Menarik sekali, di sana banyak sekali tanbaman penghasil minyak atsiri seperti Marigold, serupa Bungan Kenikir, dan tanaman penghasil minyak Atsiri lainnya yang mengandung senyawa aromatik yang dapat diolah menjadi minyak esensial bahkan parfum

.



Tiket masuknya berupa kartu dengan tarif Rp50 ribu yang saldonya dapat kita gunakan sebagai fee mengikuti tour mengelilingi Rumah Atsiri Indonesia juga dapat digunakan untuk membeli oleh-oleh di Rumah Atsiri, seperti minyak esensial dan cindera mata lainnya. Jadi, engga rugi rugi amatlah bayar segitu (anak akuntansi banget).

Makan siang, kami agak naik sedikit, ke sekitar kebun teh. Namanya, Rumah Ndoro Donker, jadi ini semacam Cafe yang dikelilingi kebun Teh. Karena lokasinya yang dikelilingi kebun teh, maka dari itu menu andalan mereka ya berbagai macam jenis teh. Ada Teh Cammomile, Teh Rosella, Mint Tea, Lemongrass Tea, dan banyak jenis teh lainnya ada di sini. Harganya? Yaaa, masih mahal cafe cafe hits di Surabaya lah. Hahaha.


Lemongrass Tea dan Bitterballen

Sebelum meninggalkan kota Solo, please, kalian jangan sampai kelupaaan untuk mampir di Soto Seger H. Fatimah. Enak banget ini ya Tuhan. Porsinya sih hanya semangkuk kecil, tapi yang bikin nikmat adalah toppingnya yang beraneka ragam, ada telur puyuh, sate paru, sate usus, sate kikil, sosis solo, sate ati, dan lain-lain. Mau tanduk (read: nambah) boleh kok karena harganya terjangkau sekali. Iya, jauh lebih mahal kafe kafe hits di Surabaya yang sering kalian datangi.

Siapa tadi yang pada nanya emang ada apa aja di Solo. Solo engga kalah menyenangkan dari Jogja, gaes. Apalagi wisata kuliner dan wisata heritage-nya. Ada lagi tempat menarik yang saya datangi di Solo. Awalnya, tempat ini adalah Pabrik Gula milik salah satu PTPN yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang merevitalisasi pabrik gula menjadi tempat wisata heritage, namanya De Tjolomadoe. Karena aku kerja di pabrik gula, sudah khatam-lah sama mesin-mesin di pabrik gula. Tapi buat kalian yang ingin tahu, bisa tuh coba datang ke sana. Hal menarik lainnya yang di Solo adalah tingkah laku pengemudi yang jauh berbeda dengan Surabaya. Di Solo, orang jarang sekali menggunakan klaksonnya. 

Jadi, kalian yang ingin ssekali liburan tapi Low Budget. Yes, Solo tempatnya.


Salam,

Putri.



























Journey Being Pradanas



Ada beberapa pertanyaan dari kawan-kawanku seputar pernikahan dan persiapannya. Baiklah, postingan kali ini akan banyak membahas mengenai persiapan pernikahan hingga hari H. Kalau ditanya, mengapa kami ambil tanggal 25 November sebagai hari pernikahan? Complicated. Biasanya sih kalau orang Jawa tanggal pernikahannya diputuskan setelah melewati beberapa perhitungan weton kedua calon pengantin. Konsepnya bagaimana, aku kurang paham sih. Cuma yang aku dan Dandi yakini, bahwa semua hari adalah hari baik.

Ketika sudah ada lampu hijau dari kedua orang tua kami, aku mulai putar otak nih. Lalu aku teringat kalau Papa aku ingin banget anaknya menikah di masjid. Baiklah, kalau di Surabaya nih, masjid yang oke yang Masjid Al-Akbar di Pagesangan situ. Aku googling mengenai tarif sewanya dan kontaknya. Aku coba telepon ke kantornya. Sampai bulan Desember 2018 sudah penuh ternyata saudara-saudara. Gimana, dong? Bukan Putri namanya kalau ngga maksa. Maksa nih aku ke bapaknya yang ditelpon untuk dilihatkan sekali lagi di bulan November hari Minggu apakah ada jam yang kosong. ALHAMDULILLAH ADA PEMIRSA. 25 November 2018 kosong jam 10 tapi di As-Shofa. 

Ada dua gedung yang biasa dipakai, Al-Marwah sama As-Shofa. As-Shofa nih agak aneh karena masuknya dari sebelah kiri. Tapi ngga apa-apa deh, untung-untungan juga dapet di H-3 bulan. Kebetulan nyokap ada di Surabaya, aku minta tolong nyokap untuk ke sana buat DP karena memang harus datang langsung ke sana. Ternyata Mama tuh dateng barengan gitu sama orang yang mau booking di hari yang sama. Mungkin ini yang namanya rezeki dan berjodoh, untungnya mamaku duluan yang dapat. Alhamdulillah.

Aku jadi ingat waktu lebaran aku sempat main ke rumah Dandi, kok ya kebetulan di situ ada Om sama Tante-nya. Ditanya-tanya lah itu aku sama mereka rencana kapan acaranya. Yang bener aja, di-briefing dandi aja belum. Asal ceplos lah aku waktu itu, "November insyaAllah, Om". Eh, kok Allah itu emang baik banget, dikabulkan dong di bulan November beneran. Terima kasih, ya Allah.'

Perjuangan engga sampai situ aja, Pemirsa. Kami harus cari katering, souvenir, sama dekor. Terima kasih untuk Sultan yang selalu mau meladeni segala curhatku as a my Wedding Organizer. Katering, Foto, Video, dan Dekor aku pakai vendor yang sama sejak engagement. Aku dah percaya banget sama mereka lah pokoknya. Souvenir aku dapat atas rekomendasi temen-temen dekor. Alhamdulillah mbaknya vendor souvenir juga baik banget.

Sempet juga datang ke Wedding Exhibition di Royal Plaza, eh alhamdulillah dapat MUA yang bagus dan diskon banyak. Lagi-lagi, Begitu juga dengan busana untuk akad dan resepsi, dapat banyak diskon. Over all sih masih sesuai lah sama budget.

Sedikit tips buat teman-teman yang mau menikah dan resepsinya dirayakan, hal yang paling utama dan penting adalah buatlah budget di awal. Tapi jangan lupa sebelumnya cari tahu dulu, berapa sih rata-rata harga setiap vendor di kotamu. Jangan khawatir, pasti ada yang paling murah sampai paling mahal. Nah, di situ sesuain dengan  budget kalian. Buatlah di excel, berapa jumlah undangannya utamanya untuk kateringnya, itu hal yang paling penting dan seumur hidup akan selalu dibawa haha. Biasanya vendor ngga akan minta dibayar langsung di awal, ada yang boleh dicicil beberapa kali sampai hari H. Jangan lupa untuk buat perinciannya sedetil mungkin ya, untuk menghindari out of budget

Tapi kamu jangan terlena dengan persiapan resepsi ya, gengs. Menikah itu yang lebih penting malah dokumen-dokumen KUA-nya. Jangan kayak kami, mepet banget menyiapkannya. Haha. Pertama, tentukan dulu mau ikut KUA-nya siapa. Kebetulan kasusku, Dandi yang ikut aku. Jadi dia harus siapin semua berkasnya dulu, setelah lengkapp baru dibawa ke KUA tempatku. Siapinn foto, pake baju bebas rapi nanti minta background biru. Etapi temen-temen studio foto nanti tahu kok, bilang aja mau foto buat KUA nanti mereka akan kasih tau butuh foto berapa dan ukuran berapa. Lalu urus semuanya mulai dari RT, RW sampai kelurahana. Persyaratan apa aja yang dibutuhkan, silakan googling, gaes. 
Agak ribet waktu itu minta surat keterangan sehat. Katanya sih ada peraturan baru, harus ke puskesmat tempat KUA kami berada. Karena minim info hari pertama ke sana gagal, karena kami kesiangan dan dapat antrian kesorean. Eh, ternyata udah bisa antri lewat online, gaes. Kalian tinggal buka aja http://ehealth.surabaya.go.id/pendaftaran/ lalu ikuti petunjuknya. Pilih KIA ya jangan umum, nanti kalau udah di sana bilang aja untuk cantin (calon pengantin) nanti akan dibantu sama petugasnya. Aku agak rewel sih waktu di puskesmas, maklum ngga pernah ke puskesmas dan paling ga suka di tempat umum yang berjubel seperti itu. Cuma alhamdulillah mbak mbak di KIA nya baik banget. Paling penting, partnermu cooperative banget. Engga salah lah aku pilih Dandi, dia sabar banget sama aku yang emang dasar anaknya gampang cranky. 
Tips-nya selama proses persiapan pernikahan, usahakan kalian berdua bekerja sama dengan baik. Turunkan ego masing-masing. Ribut-ribut kecil pasti ada, tapi kami sangat menikmatinya dan less drama. Mungkin karena Dandi orangnya sabar, ya. Haha. 

Kalau sudah di hari H, aku udah pasrah semuanya ke Allah. Percayain semuanya ke temen-temen vendor. Insya Allah semuanya akan berjalan lancar. Trouble pasti ada ketika hari H, cuma kuncinya ya tadi, percayakan semuanya sama vendor insyaAllah semuanya akan baik-baik saja. Terima kasih untuk semua vendor yang sudah banyak membantu di acara kami. 

Salam,

Dandi dan Putri





bersama MC kondang kami

Amazing Decor by Ibra Decoration
We Love Each Other Family :)

Teman-teman Malam Puisi Surabaya
Souvenir by Riza Souvenir

Make Up by Vanda



Favorit Corner Katering by Katerinda Surabaya

Dandi Putri Sejiwa (Part III): Pre-Wedding Photos







Sengaja aku ambil jatah cutiku yang tinggal seuprit di tahun 2018 ini khusus untuk sebuah perjalanan yang agak jauh. Tidak, kami tidak sedang merencakana liburan. Kami akan sedikit meninggalkan kota Surabaya, menuju ke arah selatan pulau jawa namun masih di dalam Propinsi Jawa Timur. Butuh waktu berhari-hari dan banyak diskusi untuk sampai akhirnya kami memutuskan sebuah pantai di wilayan selatan kabupaten Malang sebagai spot untuk pre-wedding. Pengennya sih di sekitaran Surabaya saja, tapi kok sayang sekali. 

Rencana kami berangkat pukul lima sore, agar tidak terlalu malam sampai di Malang. Kami akan menginap dan tidur sebentar di rumah Dandi, lalu tengah malam kami akan meluncur ke Pantai Goa Cina. Karena kami masih harus melewati sekitar 78 km dari rumah Dandi dan rencana we will catch up the sunrise

Tapi emang manusia berencana, meeting yang menentukan. Jam 5 sore aku masih ada meeting sampai  yang entah sampai kapan. Setelah melalui ketidakkonsenan dalam meetingĖ†, akhirnya lepas maghrib tim besarta Dandi yang sudah menungguku sejak sore mendapat kabar baik, aku akhirnya nongol beb~

Berangkatlah kami menuju Malang, makan malam sejenak di Kedai Assalamualaikum, lalu istirahat di rumah Dandi. Sekitar pukul setengah satu pagi, mbak mbak MUA sudah datang aja dong. Kayanya baru lima menit aku tidur. Huhu. Perjalanan yang panjang menuju Goa Cina kami tempuh sekitar 2,5 jam, medannya cukup bikin khawatir tapi berhubung partner saya santai santai saja, yasudah mending saya tidur ya kan. Haha!

Alhamdulillah, tim kami sangat-sangat menyenangkan, Mbak Mita yang jadi MUA Hits Malang juga sangat membantu sekali. Waktu itu pesanku sama temen-temen videographer hanya, minta bikinin video yang ada background puisinya. Dan...

Here is it, our pre-wedding photos and video you can click this link.

Photos by Perfeito Photos


Attire by Uniqlo and Atkey

Make Up by Mitha Matoz


Thanks to, Cumi. Bustan, Prabu, Dani, dan Mbak Mita.

Salam,

Putri dan Dandi






















Dandi Putri Sejiwa (Part II): Sedetik Menunggu Untuk Melangkah Lebih Maju




Sebenarnya tulisan ini emang agak basi sih ya, karena diterbitkan ketika kami sudah beberapa bulan menikah. Tapi aku harap, apa yang aku share kali ini bisa bantuin dan kasih inspirasi buat teman-teman yang sedang merencanakan lamaran atau bahkan menikah di waktu dekat. Acara lamarannya berlangsung kira-kita sebulan setelah lebaran. Masih pas kalau digunakan sebagai ajang silahturahim lah, ya.

Sedikit bingung kalau aku diminta cerita bagaimana sampai akhirnya kami berani mengambil langkah menuju level yang lebih serius lagi tahun 2018 kemarin. Engga ada yang spesial dari hubungan kami berdua sebelum ini. Semenjak awal 2017 setelah aku kembali ke kota Surabaya karena lagi lagi penempatan kerja (alhamdulillah Surabaya, I am back!), kami tetap sering jalan bareng seperti biasanya, nonton bareng, coba kuliner-kuliner baru. Hingga akhirnya suatu hari, kami pulang dari kota Tuban menghadiri pernikahan salah satu kawan kami. Sebelum pulang, kami memutuskan untuk ke bioskop. Seperti ada kupu-kupu di perut kalau kata penyair. Sudah lama rasanya aku tak merasakan hal itu, lalu ternyata, he felt too.

Jadi, di awal tahun 2017, Mas Dandi sekeluarga pergi umroh. Yes, waktu itu aku sudah kembali ke Surabaya, tapi yang aku tahu lagi dia lagi deket sama yang-tidak-ingin-kusebut-namanya hahaha and of course, i am the single market with broken heart. Oh no no, broken heart bukan karena dia punya pacar ya. I just left by man yang ngakunya sih minder because my career and because I take master, ternyata orang-orang suka ada benernya. Jadi inget banyak banget yang comment, "Yakin mau ambil S2? Nanti engga ada yang mau loh sama kamu. Ditambah karir bagus lagi, laki-laki nanti lari lo karena minder."

Oh, halo! Cuma pengecut yang punya pemikiran seperti itu. :))

Terharu sebenarnya waktu Dandi cerita ini, secara kami memang tidak punya hubungan se-spesial itu. Ketika umroh, ada satu doa yang dipanjatkan sama Dandi ketika dia meminta jodoh. Engga tahu kenapa katanya, aku terlintas begitu saja di pikirannya. Oh well, tanah suci memang tempat doa diijabah. Semoga kamu bisa kembali ke sana, dengan aku tentunya. Hehe.

Semakin dicari semakin jauh, sepertinya pepatah itu ada benarnya. Semakin kami mencari, kayaknya ya semakin engga dapet aja gitu. Hingga suatu hari, we realized, ternyata apa yang kita cari selama ini ternyata ada di samping kita. Semesta memang ajaib! Udah deh, kalian stop untuk cari yang gini lah gitu lah, pokoknya yang sempurna dan pas buat aku, Kak Min. Just stop it! Cobalah untuk lebih peka dengan sekitar kamu, siapa tahu ternyata jodohmu orang cubicle sebelah, siapa tahu ternyata jodohmu tetangga belakang rumah. No ones know.

Hingga akhirnya, setelah hari raya tanpa briefing dulu ke aku, Dandi main ke rumah dan ngomong langsung sama Papa. Hebatnya lagi, Papa-ku langsung aja meng-iya-kan. Daebak ngga tu? Aku yang lagi di kamar udah menuju mberebes mili aja. Terharu :)))))

Setelah melalui diskusi panjang berdua, akhirnya tanggal 5 Agustus kami melangsungkan syukuran sekaligus perkenalan kedua belah pihak dari keluarga besar kami. Tapi sebelum itu, ada proses panjang mengenai printilan-printilan lamaran yang harus disiapkan. Terutama masalah cincin, kami sudah keliling BG Junction sampai Royal Plaza tapi karena pengetahuan kami masalah gitu cetek, kami akhirnya engga dapat apa-apa.

Atas rekomendasi dari Papa, akhirnya kami dapetnya di daerah Rungkut, namanya Nawwis Jewelry. Ternyata mereka emang spesialis cincin couple buat tunangan atau nikahan. Itu sudah aku link ya, siapa tahu teman-teman butuh. Untuk masalah price, jangan khawatir, masih bisa dijangkau untuk kita yang emang low budget untuk masalah acara.

Ring by Nawwis Jewelry


Untuk dekor, kami pakai dekor milik istrinya sahabatnya mas Dandi, mbak Lia namanya Ibra Decoration. Bagus banget, mewah, tapi simple sesuai dengan keinginan aku banget. Mbak Lia bela-belain sampe tengah malem cuma untuk nata dekor di rumah. Makasih banyak, Mbak. :3

Pesan untuk teman-teman yang mau punya hajatan, persiapkan semuanya jauh-jauh hari. Karena kemarin di hari minus sekian kami masih bingung masalah baju. Akhirnya pilihan dijatuhkan ke Danar Hadi Batik untuk seragam keluarga. Untuk penceramah orang tuaku engga ingin yang terlalu serius, jadilah kami mengundang ustadz kondang Surabaya, Djadi Galajapo.

Oiya selain itu, ada yang lebih penting disiapkan untuk masalah seserahan. Karena kami berdua sama-sama orang jawa, jadi seserahan terdiri dari peningset barang-barang yang dipakai perempuan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Isinya kurang lebih:


  1. Kain untuk akad atau pesta yaitu bahan kebaya dan jarik (yang nantinya aku jahit untuk busana waktu akad)
  2. Keperluan untuk kerja, isinya ada tas dan sepatu
  3. Alat sholat
  4. Underwear (ini karena Dandi bingung akhirnya kami beli berdua dan of course aku yang pilih)
  5. Toilettries, lagi-lagi aku yang pilih karena kan nantinya aku yang pakai. Belinya di Jakarta waktu kebetulan aku lagi dinas Jakarta. 
  6. Ketan, kalau kata orang Jawa supaya hubungan kita nantinya lengket terus
  7. Gula, teh, kopi, dan teman-temannya supaya kehidupan berumah tangganya manis.
  8. Kue dan jajanan ini opsional sih, biasanya yang bawain malah saudara-saudaranya yang penting peningset dari ujung rambut sampai ujung kakinya sudah dipenuhi.
Untuk vendor-vendor yang sudah banyak bantuin kami di antaranya:

Wedding Planer: Bolo Dewe Wedding Planner
Photography: Perfeito Photo
Decoration: Ibra Decoration
Attire: Danar Hadi
Ring: Nawwis Jewelry

Sedikit tips dari aku untuk teman-teman, karena semua peningset ini kita yang pakai, cobalah ngobrol sama calon kalian agar kalian juga ikut cari. Karena nanti mubadzir aja kalau kalian ternyata engga cocok dan akhirnya engga kepakai. Kemudian yang paling utama tentu jangan lupa selalu tentukan total budget dan selalu gunakan moment moment diskonan. Siapa tau malah sisanya bisa dipakai untuk hal lain.

Aku siapinnya mepet banget dan disambi kuliah dan kerja. Ada drama? Pasti, tapi alhandulillah Dandi orangnya cooperative banget dan malah sangat pengertian. Tentunya juga atas bantuan kawan-kawan vendor yang luar biasa sehingga acara sederhana kami bisa berjalan dengan lancar sekali.

Jadi, sudah sampai mana persiapan kalian?


Salam, Putri.