Long Distance in Relationship? Shall we?

Awan hitam masih menggantung di langit Februari Bandara Internasional Juanda di bagian keberangkatan Internasional. Beberapa penerbangan sempat delay sebab cuaca buruk. Termasuk pesawat yang akan mengantarkan bocah dengan kemeja kotak-kotak yang duduk di samping Nona Pop dan terlihat gelisah.

Ketika Nona Pop bertemu dengannya, laki-laki itu masih menjadi mahasiswa di kampus yang sama dengan Nona Pop. Tapi profesinya sebagai seorang dokter membuatnya tak selalu bisa menetap di Surabaya. Setahun mengabdi di daerah Flores, kemudian beberapa bulan di Jakarta, dan sekarang harus kembali belajar di negeri orang, Belanda.

Nona Pop:
Are you okay?


Mr. Nob:
Fine, thank you. Kamu kedinginan? Let's buy some coffee.


Nona Pop:
Aku lebih mengkhawatirkan kamu. Hampir 20 jam perjalanan. Surabaya - Amsterdam is so far away, Sir?


Mr. Nob:
You're not ready yet, right?


Nona Pop:
Surabaya - Jakarta  is fine. But this.


Mr. Nob:
Aku akan transit di Jakarta selama sekitar 4 jam sebelum akhirnya kembali transit di Abu Dhabi. I promise to keep in contact with you. Okay? I promise to send you an email a day from Amsterdam. Just keep in touch and everything will be okay. Okay?


Nona Pop mengangguk tanda setuju. Bibirnya terkunci rapat. Laki-laki itu mencium rambutnya lalu beranjak sejenak dan kembali dengan dua gelas kardus kopi.

Laki-laki itu masih tersenyum meski Nona Pop tahu matanya terlihat gelisah. Sama dengan apa yang dirasakannya sekarang. Perbedaan waktu, jarak yang terlalu mustahil untuk digapai. Kuatkah dia? Kuatkah mereka?

Mr. Nob:
Kok diem? Cerewet kek kayak biasanya.


Laki-laki itu memeluk Nona Pop yang bibirnya masih mengatup. Tangannya serasa kaku. Gelas kardus di tangannya hanya dipegangnya saja, isinya belum juga dia sentuk. Pipinya mulai terasa hangat. Nona Pop diam-diam menangis.

Mr. Nob terlihat lebih tegar, tapi Nona Pop tahu dia menyembunyikan air matanya saat memeluk ibunya sebelum keluarganya pulang terlebih dulu satu jam yang lalu.

Mr. Nob:
Don't worry, we will be fine.



Seseorang tiba-tiba duduk di samping Nona Pop dan membuyarkan lamunannya. Ya, mereka akan baik-baik saja. Nona Pop dan Mr. Nob akan baik-baik saja seperti yang dikatakan Mr. Nob. Tapi itu beberapa bulan yang lalu. Bulan Februari, sebelum Nona Pop menyium aroma natal pagi ini. Sudah dua bulan, tak satu pun surel yang masuk di kotak masuknya.

Ari:
Ngelamunin apa sih?

Nona Pop:
Nothing. Where have you been? Kamu terlambat sejam dan tanpa kabar.


Ari:
But you still waiting.


Nona Pop:
I just, have nothing to do.


Ari:
Well, I am sorry. I am not proffesional today. Sebagai permintaan maaf, selesai meeting kita hari ini. Aku traktir kamu. Ada tempat makan bagus dan enak di daerah Manyar. Deal?


Nona Pop:
Deal!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar