pukul lima belum juga, namun beberapa sudah bergegas hendak menemui senja. aku berdiri di sebuah ujung jalan dengan kaki yang lengket seperti habis diolesi satu kaleng lem super di atas aspal. dua depa dari tempatku berdiri aku seperti menemukan diriku dipeluk oleh seseorang yang telah mematahkan isi dadaku menjadi dua keping. sengaja, satu kepingnya kutitipkan pada penjual koran depan kedai kopi langganan sambil menyerahkan secarik kertas yang berisikan pesan untuk memberikan setengahnya kepada laki-laki bermata cokelat muda yang dua hari lalu masih memelukku di atas sofa pada salah satu sudut kedai. pukul lima tinggal tujuh menit lagi, dan aku masih tak tahu jalan mana yang kutuju.
surabaya, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar