Jika kubilang,
pandangan pertama ialah busur panah
Berbuah geletar yang
memberimu rumah
Maka matamulah
tersangka utama
Yang menelisik seluruh
penjuru ruang di kepala
Gumaman tak lain adalah
doa
Yang diijabah melalui
istirah
Pada tubuhmulah akhir
segala rebah
Tempat lelah menyerah
dan berserah
Mungkin aku tak pernah
tahu bentuk telinga Tuhan
Namun begitulah Ia
menjawab harapan
Ini bukan natal atau
tahun baru
Tapi kado kecilku
berupa kamu
Yang sengaja kutinggal
di belakang
Karena cinta hanya
mencipta berang
Antara kau dan aku
menjelma bumerang
Surabaya, 2014
NB: Puisi ini terlahir di samping salah seorang sahabat saya yang meminta puisi ini ada, dia sangat merindukan kekasih yang tak akan pernah bisa dipeluknya. Dia menyebut kekasih itu adalah hadiah kecil dari Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar