"Kenapa sih kamu dulu kuajakin nikah ngga mau?"

"Errr.. Kenapa bahas itu lagi?"

"Ya habisnya, kamu cari laki-laki seperti apa, sih? Aku rumah ada, mobil ada, kerjaan enak, sholat? Alhamdulillah aku tahu tanggung jawabku."

"Tapi kan perkara menikah ngga bisa diputuskan secepat itu, Mas Dim."

"Apa karena zaman kuliah dulu?"

"Errr.. ini kenapa bahas masa lalu kita, sih. Jadi, mana undanganmu? Katanya sudah mau rabi?"

"Lah, yang kuajakin rabi nolak kok. Gimana, sih?"

"Ih, aku seriusan!"

"Hahaha."

"Jadi, gimana?"

"Nanti aku beritahu kalau tanggalnya sudah fix."

"Awas aja pokoknya kalau aku ngga Mas Dim undang."

"Aku kalau ngundang kamu, takut kamu yang patah hati, Non."

"Patah hati apa-aaaaaaaaan!"

"Haha. Bercanda. Rindu deh, pengen ngeteh-ngeteh lucu lagi sama kamu kayak dulu."

"I am availabe after 4 p.m."

"Noted! Yasudah, aku balik kantor dulu, ya. Udah abis jam makan siangnya. Kamu juga, nanti dimarahin bos, loh,"

"Siap, Capt!"

"See you when I see you ya, Non. Take care."

Nona Pop tersenyum, pandangannya mengikuti langkah laki-laki itu pergi meninggalkan meja kasir. Nona Pop membayar tagihannya lalu kembali pada kenyataan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar