Flashback

"Sudah di mana? Aku sudah di depan."

"Bentar, ke toilet dulu. Abisgitu ke sana."

Nona Pop celingukan di depan sebuah mall. Ada rambu dilarang berhenti, sudah pasti tak mungkin menemukan anak itu di sekitar sini. Ponselnya bergetar.

"Aku lihat kamu, di sebelahmu ada tulisan dilarang berhenti. Aku muter dulu bentar."

Hari Senin pukul 11.45, bukan waktu yang tepat untuk turun ke jalan. Jalanan sungguh tak bersahabat. Laki-laki itu mengernyitkan dahinya melihat ke arah jalan. Tangannya tegang memegang kemudi.

Dimitri, anak itu tiba-tiba menghubungi Nona Pop dan mengajaknya bertemu.

Mobil sedan hitam itu menyalakan lampu sein sebalah kanan, lalu parkir di depan sebuah tempat makan yang tak begitu ramai.


Aku ngga tahu ini tempat akan enak atau ngga, tapi aku dapat rekomendasi dari temanku."

"Never here before. Let's try"

"Lama ya kita ngga ketemu, kamu begitu aja bentuknya."

" Sialan, emang mau berubah gimana lagi?"

"Sibuk apa?"

"You know-lah, mahasiswa semester akhir yang masih ada kuliah. Apalagi. Gimana kerjaanmu?"

"Well, lancar banget. Aku kadang bosen begitu-begitu aja udah dapat duit banyak."

"Disyukurin, kek."

"Pasti lah. Eh, kamu kapan nikah?"

"Scumbag question, Mas. Pake toga aja belum. Nah Mas Dim sendiri?"

" Lu liat kan mobil gue baru? Aku beli mobil baru. Eh, si Mama nanyak kapan aku nikah."

"Terus? kamu jawab apa?"

"Aku jawab aja tahun depan."

"Sama siapa? Nah lu kan belum ada pacar? Apa sih yang lu tunggu? Kerjaan enak. Duit banyak, tinggal nyari perempuan yang "nggenah" nih."

" Semua orang butuh rencana, Non. Beberapa minggu yang lalu aku beli mobil dan berimbas pada Mama yang nanyak begitu. Sudahlah, aku akhirnya kepikiran buat nyicil KPR. Aku lagi cari rumah yang pas buat aku. Pas di kantong juga, sih."

"Terus?"

"Kamu mau ngga nikah sama aku?"

" Edan. You drunk, boy! Just go home."

"Well, aku serius sih."

"Come on, Mas Dim. Sebelum aku keja. I'll not."

"Yaa setidaknya kita semua harus punya rencana yang matang untuk masa depan, Non"

Nona Pop tersenyum lebar.
Untuk laki-laki berusia 23 tahun, setidaknya lebih tua satu tahun di atasnya dia punya pemikiran yang sangat matang. Nona Pop sudah mengenalnya cukup lama ketika awal kuliah dulu. Ini pertemuan pertama mereka setelah peristiwa tidak mengenakkan di antara mereka.


"Pop! Malah bengong, ayo balik kantor."

Suara Maya teman seruangannya di kantor membuyarkan lamunannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar