"Godaan orang yang mau menikah ada aja, ya, May?"

"Ha? Menikah? Siapa yang mau menikah, Pop?"

Punya temen sekantor, seruangan macam Maya kadang bisa buat Nona Pop gemas karena saking lugunya. Tapi Nona Pop bersyukur banget punya Maya dibanding anak-anak ruangan lain yang ada aja masalahnya sama teman satu ruangan.

Nona Pop menyesap jusnya habis.

"Pop! Siapa yang mau menikah?"

"Gua."

"Becanda ya Lu?"

"Yasudah, Reza Rahardian yang mau menikah."

"What? Reza Rahardian? Beneran Pop? Serius Pop? Kok dia kaga bilang guaaaaa? Pop! Pop! Lah, Pop mau ke manaaaa? Gua jangan ditinggal. Ah elah."

Nona Pop tak menghiraukan panggilan Maya. Pikirannya tertuju pada Dimitri. Semalam anak itu kembali menghubungi Nona Pop. Lewat telepon.

"Halo."

"Halo. Dengan siapa?"

"Ya ampun, Non. Masa suaraku kamu ngga hafal?"

DEG.

Nona Pop menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Non.. Non.." terdengar suara dari seberang sana.

"Ha..halo.. Mas Dim?"tanya Nona Pop ragu-ragu.

"Masih ingat juga ya, Non? Lagi di mana?"

"Baru sampai rumah?"

"What? Ini jam 10 malam dan kamu baru sampai rumah?"

"Mas Dim, ada apa?"

"Orang kangen emang ngga boleh ya, Non?"

"Boleh, sih. Tapi, kan."

"Kamu masih marah ya sama aku, Non? Oiya, besok aku ada pameran di mall deket rumah kamu biasanya. Dateng ya, jam 7 malam. Aku tunggu loh, Non. Selamat malam, Nona manis."

Klik.

Telepon diputus.

Ada yang tak pernah bisa dipahami oleh Nona Pop. Pikiran laki-laki. Terkadang kebaikan mereka suka membingungkan. Ponsel itu berdering lagi.

"Halo, ada apa lagi?"

"Non? Are you okay?"

Nona Pop melihat nama yang tertera di layar ponsel. Mr. Nob.

"Eh, hai! Whats going on, Dear?"

"I called you many times. Habis teleponan sama siapa, sih?"

"Ngg.. nganu.. itu Maya. Biasa..."

Nona Pop menepuk dahinya. Tak seharusnya dia berbohong pada laki-laki itu. Tapi entah kenapa tadi di pikirannya adalah lebih baik tak menceritakan pada Mr. Nob perjumpaannya dengan Dimitri siang tadi. Meski Mr. Nob tahu siapa Dimitri dan cerita apa yang pernah ditulis semesta antara Dimitri dan Nona Pop.

"Maya? Ngapain sih? Masih kurang dia sama kamu seharian. Heran, deh."

"Hahaha. Udah, deh. Ada apa, Sayang?"

Rasanya memanggil laki-laki itu dengan panggilan sayang masih aneh untuk Nona Pop. Tapi, benar adanya, dia menyayangi bahkan mencintai laki-laki itu lebih lama dari umur ponakannya yang kelas 1 SD.

"I miss you. I will go home this weekend. Meet up?"

"Pleasure, Sir."

"Take care then, Dear. Can't wait to see you."

Klik.

Telepon ditutup.

Tapi Nona Pop, tak dapat tidur nyenyak malam itu.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar