Bangun Tidur Kuterus Mandi

Seperti biasa, saya menyikat gigi saya malam ini sebelum akhirnya merangkak ke atas tempat tidur untuk berbagi mengenai apa saja yang telah saya lalui seharian ini kepada Tuan Guling dan Nyonya Bantal. Merasa hidup ini seperti robot yang sudah diatur untuk setiap menitnya harus melakukan apa.

Saya bangun pagi hampir di setiap pukul 04.30, tanpa alarm. Kecuali ayah saya sudah membangunkan saya ketika adzan Subuh sebelum pukul 04.30 iti artinya saya bangun dengan alarm suara dan sentuhan dari ayah saya.

Saya bangun, shalat Subuh, memasak dan menyiapkan sarapan, lalu menonton televisi sebentar tentang bagaimana cara me-rescue anjing peliharan, lalu sarapan sisa orang-orang rumah sarapan, mandi, dan beraktivitas. Begitu terus setidaknya setiap hari Senin hingga Jumat.

Kemudian saya berpikir, apakah saya memang seteratur itu? Ternyata tidak, jika mengenai hati. Tapi iya jika itu mengenai aktivitas sehari-hari. Saya marah jika ada yang tidak menaruh sesuatu pada tempatnya, saya kesal jika melihat kasur berantakan atau tidak rapi, saya tidak nyaman melihat sesuatu tidak dalam susunannya. Hingga sekarang saya kurang paham, ini benar-benar OCD atau tidak. Jika saya marah mengenai masalah-masalah di atas, ibu saya suka berbalik memarahi saya. Terkadang, saya ingin sekali berteriak. Sekarang saya tanya, bagaimana jika kamu sedang berada di posisi tidak nyaman? Bad mood? Marah? Ya, itulah perasaan saya.

Begitu juga malam hari, saya tak bisa naik ke atas tempat tidur sebelum shalat Isya, mencuci muka, dan menggosok gigi. Saya juga tak bisa melanggar rambu, kadang saya pikir bukan karena saya tak mau, tapi karena saya takut.

Mungkin apa yang saya lakukan sehari-hari ini adalah pengaruh dari salah satu lagu waktu saya kanak-kanak. Bunyinya, bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku.

Semacam, saya harus mandi setelah bangun lalu menggosok gigi dan membantu ibu. Begitu setiap hari. Tapi keteraturan itu terkadang menimbulkan rasa takut dari dalam diri saya. Semisal saya diwajibkan pulang ke rumah pukul 9 malam tepat. Apa yang akan terjadi jika saya pulang melebihi pukul  9? Saya memikirkan hal-hal mengerikan. Atau bagaimana jika sehari saja saya tidak menggosok gigi? Apakah gigi saya nanti bolong terus sakit? Atau bagaimana jika saya melanggar rambu-rambu lalu lintas di depan saya? Jangan-jangan di depan ada polisi sedang sembunyi yang siap menilang dan memarahi saya dan banyak ketakutan-ketakutan lainnya.

Malam ini, saya menyudahi kegiatan menggosok gigi saya lalu menggumam dalam hati, "Mungkin ini waktunya saya untuk mengatasi ketakutan-ketakutan itu".

Surabaya, November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar