Kalau saya ibaratkan tempat menulis saya ini adalah rumah, mungkin ini adalah satu-satunya rumah yang jarang sekali saya singgahi. Lalu saya tertawa melihat judul blog ini; Rumah Singgah. Sebab mungkin namanya rumah singgah maka saya hanya singgah sebentar-sebentar saja di sini dan tak pernah terbesit pikiran untuk menetap. Berbeda dengan dadamu yang misteri itu, aku sudah punya banyak rencana tentang kepindahanku dari dada yang lama untuk menetap di sana--selamanya.
Sengaja siang ini, di tengah kesibukan yang menyebalkan di atas tumpukan kertas dan di depan komputer jinjing merah jambu, saya membuka laman ini dan menulis beberapa. Saya memang gemar menulis, sejak saya masih berseragam putih-merah hingga akhirnya saya marah dengan diri saya sendiri dan memutuskan untuk berhenti menulis. Namun ternyata saya salah, menulis itu sudah seperti sebagian dari jiwa saya. Menulis itu menyembuhkan. Menulis itu menyembuhkan, sama rasanya seperti ketika saya kembali bertemu dan melihatmu setelah waktu yang lama. Saya sembuh.
Siang ini saya memutuskan mengganti titel dari blog yang usang ini dari rumah singgah menjadi "Our Own Pretty Ways", kalimat ini saya dapat dari sebuah judul lagu milik First Aid Kit dalam albumnya yang berjudul The Big Black and the Blue yang dirilis tahun 2010. Lagu ini menyadarkan saya bahwa semua orang dapat berubah dengan caranya masing-masing. Dengan cara yang manis menurut masing-masing. Begitu pula dengan saya, juga denganmu.
Let's take this for what it is
You tell me you have changed
Well we all change in our own ways
In our own pretty ways
It all comes down to this
I'm an ocean, you're the rain
The ice is melting fast
But you're not pulling down the brakes
Let's take this for what it is
You tell me you have changed
Well we all change in our own ways
In our own pretty ways
It all comes down to this
I'm an ocean, you're the rain
The ice is melting fast
But you're not pulling down the brakes
Tetaplah menjadi hujan dan aku akan tetap menjadi lautan, tempat semua air bermuara. Termasuk air hujan.
Tetaplah menjadi hujan dan aku akan tetap menjadi lautan, yang selalu menguap hingga kembali menjadi kamu; menjadi hujan.
Surabaya, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar