Akhir Pekan Vs. Hari Kerja

Saya termasuk orang yang mainstream, mengapa begitu? Sebab saya salah satu orang di dunia ini yang sangat bersemangat menyambut akhir pekan. Penyebabnya selain di akhir pekan seluruh anggota keluarga berada di rumah dan tak ada yang di luar kota, saya juga selalu punya akhir pekan yang menyenangkan bersama kawan-kawan saya. Tak mudah memang membagi waktu antara keluaga dan sahabat di akhir pekan. Terlebih dalam kondisi kami semua sekarang tengah sibuk dengan urusan sekolah dan pekerjaan masing-masing.

Akhir pekan saya tak pernah lesu, meski bisa dibilang jodoh saya berada di tempat yang berjarak ratusan kilometer dari saya berdiri hari ini. Saya punya Ayah dan Ibu yang suka mengajak saya dan ketiga adik saya hangout. Entah itu sekadar jalan ke mall lalu makan di tempat yang istimewa atau menghabiskannya dengan masak kue bersama di rumah atau paling sederhana menonton televisi di ruang tengah bersama dengan cemilan yang melimpah hingga larut malam sambil mengobrol ngalur ngidul

Begitu juga dengan kawan-kawan saya, kami selalu punya akhir pekan yang tak kalah seru. Terkadang akhir pekan kami bernilai nol rupiah atau terkadang merogoh dompet agak dalam. Mulai dari berolahraga rutin setiap pagi di akhir pekan bersama atau sekadar sarapan bersama. Menghabiskan hari di sebuah kedai kopi di depan bercangkir-cangkir kopi dan cemilan atau hanya sekadar berkumpul di teras rumah. Akhir pekan kami lalu pun sempat dihabiskan dengan berenang dan membuat es krim. Tak ada yang tak menyenangkan jika semuanya didasari dengan cinta.

Betapa bahagia saya dikelilingi keluaga yang menyenangkan juga sahabat yang ngangenin. 

Namun, saya adalah orang yang tidak terlalu mainstream mainstream sekali. Saya bahkan keluarga dan kawan-kawan saya tak pernah membenci hari Senin seperti kebanyakan orang yang mulai mengeluh nyaris seperti sapi di Minggu Malam karena segera bertemu Senin. Bukankah kita semua punya cita-cita yang butuh digapai? Di hari Senin hingga Jumat lah saatnya menggapai mimpi, mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Bukankah kita juga butuh hidup yang layak? Dengan catatan tidak melupakan kebahagiaan yang hakiki. Yaitu menikmati hidup dan berkumpul bersama orang-orang terkasih di akhir pekan.

Jadi, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu pembenci hari Senin? :)

Surabaya, di penghujung hari Senin di kala senja.

1 komentar:

  1. AKU BUKAN PEMBENCI SENIN.. KARENA SENIN WAKTUNYA KERJA. NGUMPULIN DUWIT KETEMU ANAK-ANAK..... :*

    BalasHapus