menemui sepi

aku bosan menulis puisi dengan ditemani kopi, hujan serta kamu. mendadak aku ingin membungkam debar yang membuntuti dadaku beberapa bulan terkahir ini, selepas kauhujani aku dengan pelukan sebelum aku berpamitan masuk ke dalam mobilku. sisa-sisa pelukanmu di ujung malam itu membekas aroma wangi yang perih di ujung kerah bajuku, aku bahkan lupa kapan terakhir kemeja polos hijau pupus itu kucuci. aku terlalu sibuk bercengkerama dengan sepi.

di depanku, dua bocah berseragam putih-abu sedang menikmati masa mudanya yang membara. berkali-kali kulihat perempuannya tersipu malu dipuji si lelaki. masing-masing dadanya bergemuruh persis seperti milikku. namun gaduh itu sendiri, adalah sebenar-benarnya sunyi. segeralah tumbuh besar kalian, agar tahu seperti apa rasanya menikahi sepi.

surabaya, 2013

1 komentar:

  1. Segala yang ada di dunia ini memang ada duanya, ada pertemuan ada perpisahan. Lantas, bukanlah alasan yang tepat untuk tidak merindukan dirinya ketika kesepian yang terus datang.
    nice post :)

    BalasHapus