harusnya ketika mereka berjalan, saya berlari.

cita-citamu jadi apa? reporter.
cita-citamu jadi apa? dokter.
cita-citamu jadi apa? dokter gigi.
cita-citamu jadi apa? penulis cerita.

...dan masih ada beberapa cita-cita lagi yang pernah sempat saya ungkapkan di masa kanak-kanak ketika ditanya cita-cita. Tak pernah kepikiran atau terbesit sedetik pun dalam pikiran saya bisa masuk di jurusan akuntansi. Saya lulusan IPA di salah satu SMA Negeri di Surabaya, itulah mengapa saya ingin meneruskan cita-cita masa kecil yang sempat saya lontarkan. Menjadi dokter gigi, atau paling tidak saya ingin masuk farmasi. Itupun saya ketahui setelah saya SMA. Jurusan farmasi yang nantinya bisa menjadi apoteker atau entahlah saya tak begitu paham di bidang ini.

Tak pernah menyangka saya bisa masuk di jurusan akuntansi Universitas Airlangga, salah satu kampus negeri bergengsi di Surabaya. Bisa saja waktu itu saya masuk UNS Solo atau UGM Joga tapi mama saya tak pernah mengijinkan saya untuk kuliah jauh-jauh dengan alasan saya suka sakit-sakitan. Benar adanya, setelah pengumuman dan memasuki pekan OSPEK, saya terkena cacar. Hampir dua minggu mengasingkan diri di dalam kamar, seperti monster, saya malu bertemu teman-teman saya, bahkan sahabat saya.

Semester ini beberapa kawan saya sudah menyandang gelar sarjana, siapa yang tak resah jika mendengar kabar bahwa beberapa teman se-angkatanmu sudah menyelesaikan studinya sedangkan kamu masih saja berdiri satu langkah di belakang mereka? Siapa yang tak minder bertemu teman se-angkatan yang sedang riwa-riwi ngurusin ijazah di saat kalian sedang menenteng buku kuliah? Salah siapa? Ya, salah saya sejak awal. Harusnya ketika mereka berjalan, saya berlari. 

Lalu, apa yang ada di benakmu ketika mendengar lulusan akuntansi?
Auditor?
Akuntan?
Fiskus?
Manajer Keuangan?
Bankir?

Terserah!

Memangnya, siapa yang tahu apa yang akan terjadi besok?
Menyalahkan diri sendiri juga tak menyelesaikan persoalan.

De-Sava Koffie, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar