Sepenggal Kisah dari Pucu'an

laskar pelangi edisi saya, please jangan ketuker pengajarnya sama adek-adek ( ._.)b


Sudah lama saya ingin menulis tentang ini, tentang apa yang saya alami di hari sabtu kemarin, tepatnya tanggal 9 Februari. Saya sengaja bangun lebih pagi, mandi lebih pagi, menyeduh kopi lebih pagi kala itu. Bisa dibilang ini adalah sebuah petualangan, petualangan yang berharga, yang tak bisa kalian bayar dengan apapun *benerin poni*. Langit masih gelap kala itu, ketika kubuka garasi lalu bertandang ke sebuah kota tetangga Surabaya, sebutlah Sidoarjo.

Semacam menghindar dari peradaban saya rasa, dengan kedua teman saya pagi itu yang kebetulan kami sama-sama tergabung sebagai pengajar angkatan pertama Unair Mengajar menerobos dinginnya pagi demi sebuah pengabdian, pengabdian yang menurut saya adalah sebuah pengalaman yang sangat-sangat berharga. *benerin jaket* 
Adalah sebuah sekolah kecil di tepi sungai dengan hanya memiliki empat ruang kelas. Satu ruang untuk TK, satu ruang untuk guru, dan sisanya, dua ruang untuk adik-adik belajar. Sungguh kontras dengan kondisi sekolah saya waktu SD hingga kuliah ini. *mewek*


Saya dan dua orang rekan saya harus menaiki sebuah perahu motor dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam empat puluh lima menit untuk sampai ke sekolah itu, dan kami bertiga langsung disambut dengan adik-adik dengan muka ceria penuh harapan. Mereka menyalami dan mencium punggung tangan kanan kami satu-satu. Ah, betapa bahagianya melihat mereka.

Hanya ada murid kelas 1, 3, 4, 5, dan 6 saat ini, semua total ada 21 anak. Kebetulan saya kebagian menemani belajar adik-adik di kelas 3 dan 4. Mereka bertujuh, yaitu ada Rizal, Doni, Maya, Lisa, Bunga, Bella, dan satu lagi laki-laki dengan nama yang susaaaah untuk diingat, pengajar macam apa. :| *lompat dari perahu motor* 

Hal yang tak bisa saya lupa dari mereka adalah, ketika mereka minta saya menggambar (oke, saya nggak tau mereka tau darimana kalau saya suka menggambar), lalu minta didongengin (ini juga, mentang-mentang saya suka ngarang cerpen), wajah mereka terlihat sangat antusias sekali. 

Juga ketika saya bertanya apa cita-cita mereka, semua anak laki-laki di situ bahkan kompak sekali dengan memiliki cita-cita yang sama, yaitu pegawai bengkel. Saya nggak tau apa yang mendasari mereka hingga memiliki cita-cita itu, mereka pun bercerita bahwa mereka senang bermain balapan dan ingin main balapan motor, tapi ketika saya tanya Valentino Rossi dan Dany Pedrosa nggak ada satupun yang tahu *njebur ke tambak*
Ketika ganti saya bertanya kepada gadis-gadis kecil di situ, semuanya kompak bercita-cita ingin menjadi guru matematika. Mereka pun berinisiatif meminta soal perkalian dari saya, dan hasilnya... salah semua. *gantung diri di pohon cipluk'an*

By the way soal buah cipluk'an, sungguh baru pertama kali itu saya mendengar nama itu. Semacam buah keres tapi dia tumbuhnya di bawah, entah saya belum sempat menerima ajakan mereka untuk maen-maen ke halaman belakang sekolah yang katanya banyak buah cipluk'an. Kami hanya punya waktu satu setengah jam di situ, bayangkan hanya satu setengah jam dan sekarang saya mengetik dengan merindukan mereka.

Terlepas dari cipluk'an *diuncal cipluk'an*, apa yang saya ceritakan ini adalah bukti bahwa masih banyak adik-adik, calon penerus bangsa Indonesia di luar sana yang tak banyak mendapat perhatian dari kita khususnya pemerintah. Udah ah, saya jadi kangen sama mereka bertujuh. :(

pengajarnya boleh dong ngeceng duluk. :3

SDN Gebang II Pucu'an Sidoarjo

nice, right? :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar