rabu, angka 8, kamu, senja, dan semesta

Pagi-pagi sekali aku membuka mata saat terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring kaca di ruang makan. Rupanya keluargaku tengah sarapan. Aku terjaga dengan keadaan basah. Di pipi juga di sarung bantalku. Ah, rupanya aku pun tak ingat apa yang terjadi semalam. Yang kuingat semalam, ketika aku hendak memejamkan mata, untuk mengistirahatkan tubuhku aku merasakan ada bulir-bulir hangat di pipiku yang setelah kuselidiki bernama pilu. Aku merasa seperti kehilangan sesuatu yang aku sendiri pun tak tahu apa. Hingga Matahari merayap di jendela kamarku, aku masih tak menemukan jawaban.  Biasanya matahari tersenyum ramah, tapi kali ini dia tak menggubrisku sedikitpun.

Harusnya aku terbangun dengan sunggingan senyum seperti biasanya. Meraih ponsel lalu menekan tombol panggilan cepat 8 dan mengucapkan selamat pagi. Kenapa Angka 8 ? Karena dia tak memiliki ujung. Telusuri saja garisnya, beritahu aku kalau kalian menemukan ujungnya. Aku sudah bertahun-tahun mencarinya tapi tak juga kutemui ujungnya. Anggap saja itu gambaran perasaanku padamu sayang, dia tak berujung, juga bercahaya. Tapi baru saja kau redupkan dengan cara yang tak kumengerti.

Tapi, aku bersyukur sayang, semesta telah menuliskan sebuah cerita untuk kita suatu hari itu. Walau pun ternyata semesta juga telah membuat akhir cerita yang menyakitkan. Mungkin tidak di kamu, tapi di aku. Tengok kalender sayang, ini bulan Februari bukan? Kata orang-orang bulang penuh cinta? Kukira itu semua omong kosong, sayang. Aku kehilangan cintaku di bulan ini. Semesta selalu punya banyak kejutan ya, sayang!

Malas menghujamku sayang, bahkan kulihat semesta juga demikian. Tak kulihat sedikitpun dedaunan bergerak-gerak lincah seperti biasanya. Bahkan kupu-kupu pun yang biasanya bernyanyi diperutku diam tak bergerak. Kupu-kupu di taman juga, mereka tak menampakkan diri satu pun. Kemana mereka, sayang? Belumkah cukup kamu menggores luka ketidaksengajaanmu padaku? Janganlah kau pula ajak semesta untuk menjadi jahat. 

Hari ini, pada waktu senja, kau berjanji untuk menatapku. Semoga bukan kabar buruk lagi, sayang. 

Adakah senja yang indah lagi, buat kita, sayang ?
Berjalan beriringan lalu saling menggenggam jemari ?

5 komentar:

  1. I do always love twilight
    and sure,, i'll draw you,,
    kirim aja foto yang mau di gambar di emailku,, tapi kabar-kabar ya kalu ngirim,, biar tahuu.. :33
    kalau bisa agak close up yaaa <33

    gitasyalala.blogspot.com

    xoxo,
    G.R

    BalasHapus
    Balasan
    1. aakkkk.. iyaa ditunggu ya artworknya sayang :*
      jadi ga sabar.
      huehehehe,

      Hapus
  2. Entah kenapa disini aku merasa kita senasib sekejadian, sayang. Orang yang kusayang akan melepas masa lajang panjangnya akhir bukan Februari ini. Menyakitkan. Bedanya, di ponselnya dia menempati panggilan cepat nomor 4 :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya ampun. yang sabar ya sayang.
      kamu pasti akan mendapat yang lebih baik dari dia.
      amien.

      sampai sekarang masih di nomer 4 ? :)

      Hapus