Please, Dont Look Back!


Tanpa makna, buat apa lagi kita hidup? Semesta seakan mebisikkan sebuah kalimat di telingaku, sangat dekat, hingga aku dapat mendengarnya dengan sangat jelas. Jika saja aku punya pemikiran dangkal, hari ini aku sudah memotong pembuluh nadiku atau terjun dari lantai 15. Tapi tidak, aku masih punya pemikiran yang sehat, namun sekarang tak lagi sesederhana dulu. Semuanya rumit. Bahkan ketika pemikiranku berputar ke belakang dua tahun lalu aku sempat terisak, bahkan ketika kasetnya kusut karena harus berputar ratusan kali dalam benakku aku masih tak punya nyali untuk membuangnya. Aku masih terus menatapnya atau bahkan memutarnya kembali berharap semuanya hanya mimpi. Hanya ilusi.

Semuanya seperti terjadi begitu saja, beberapa bulan yang lalu. Ketika aku merasakan ada hal yang aneh pada diri Raka. Hal yang paling suka adalah menganggap matanya yang indah itu adalah sebuah kolam yang membuatku bahagia ketika menyelam ke dalamnya lama-lama. Tapi sudah beberapa hari ini, tak ada lagi kolam di sana. Aku merasakan ada orang lain dalam diri Raka. Kolam itu sepertinya telah mengering, menguap entah kemana. Tapi aku tak berani mempertanyakan lebih lanjut.

Did I tell you you're wonderful?
I miss you yes I do
Did I tell you that I was wrong?
I was wrong
For so long long long

Sebuah lagu wonderful milik Adam Ant mengalir lembut dalam benakku. Aku dulu pernah menganggapmu begitu menakjubkan, tapi ternyata aku sekarang salah. Raka, dulu bukan sekedar empat huruf yang menemani hidupku dua tahun belakangan ini. Dia adalah R, bagaikan Rambo seorang yang selalu sedia melindungiku, bahkan ketika hujan ada untuk memeluk kami sekali pun.

“Hei, lihat. Hujan turun, Ka!”seruku waktu itu. Ketika kami sedang berlibur. Ketika kami sedang menyusuri jalan Braga yang merupakan salah satu maskot serta objek wisata kota Bandung yang merupakan pertokoan yang memiliki arsitektur dan tata kota yang tetap mempertahankan ciri arsitektur lama pada masa Hindia Belanda dengan model Eropa yang terkenel sebagai Parijs Van Java. Menawar beberapa oleh-oleh untuk kawan-kawan.

“Baru gerimis. Are you okay, kan? Sudah mulai kerasa dinginnya.”

“I’m fine, darl.”

Tiba-tiba Raka melepas jaketnya lalu menyerahkan padaku, “Wear it, it was cold.”

“How about you? Nanti kamu kedinginan.”

“Doesn’t matter. Kalau kamu merasa hangat, aku juga akan merasa hangat. Kita kembali ke penginapan, yuk.”ajaknya  lalu.

Aku mengikuti kemana langkahnya pergi. Tiba-tiba lidahku kelu, tak dapat mengucap sepatah kata pun. Aku sudah sering melihat di film-film, ketika sang cowok melepas jaketnya yang ia kenakan lalu dipakaikan kepada si cewek ketika dia melihat si cewek kedinginan, tapi kali ini aku benar-benar mengalaminya. Ada rasa aneh yang menyelimuti dadaku, ingin aku memeluknya, lama-lama. Mungkin kamu bukan orang yang mengenakan jaket ke tubuhku, tapi kamu orang yang rela melepas jaketnya untukku dan kedinginan.


Dia adalah A, Air yang menyejukkan sekaligus pelepas dahagaku. Dia adalah air ketika aku mulai berapi-api, yaa Tuhan itu baik sekali ketika aku merasa terbakar, dia berikan aku seorang pemadam kebakaran yang menyejukkan hati. Tuhan itu baik sekali, dia berikan aku yang tidak sabaran ini seseorang yang sabar. Dia adalah air ketika aku  tengah kehausan.

Tapi itu dua tahun kemarin, sebelum akhirnya kita memutuskan untuk melepas layang-layang yang kita sebut dengan komitmen dengan hati-hati berharap akan tersangkut pada dua orang yang tepat nantinya. Bahagia itu sederhana, bahagia itu dia, bahagia itu ketika melihat dia tersenyum. Tapi entahlah, sejak aku tak melihat kolam di matanya lagi, aku merasa seperti sebuah dinding yang menghalangi Raka menuju sebuah kebahagiaan. Aku adalah seorang pencemburu kepada setiap wanita yang di sekitarnya, Raka tak menyukai pepatah itu. Bukankah sebuah hubungan harusnya dibangun oleh segenggam kepercayaan, bukannya secangkir rasa cemburu agar rasanya manis.

“Selamat siang, sayang. Lagi dimana?”tanyaku di telepon siang itu.

“Baru selesai makan siang, hari ini aku harus segera menyelesaikan proyekku. Aku harus lulus tahun ini.”ujarnya antusias.

“Semangat yaa, Ka. Sama siapa?”

“Sama Tiara.”

Deg. Jantungku seakan terhenti. Apa tidak ada wanita lain selain Tiara? Nama itu selalu disebutnya. Ya Tuhan, apakah aku salah jika cemburu?

“Oh, temen cewekmu hanya Tiara saja? Seperti tidak ada yang lain.”

“Kedengerannya sepertinya pencemburu sedang melancarkan aksinya. Ayolah, kami hanya menyelesaikan proyek.”

“Tapi kenapa selalu sama dia?”

“Dia mahasiswi yang rajin dan pintar, nggak ada salahnya kan aku bekerja sama dengannya?”

“Cantik juga pastinya. Kalau gitu have fun.”

Trek. Telepon ku putus. Oke, kedengarannya sungguh egois. Mungkin memang aku mencintai dengan cara yang salah. Tapi aku hanya berusaha untuk menjadi diriku sendiri, sungguh.

Kejadian itu lagi-lagi terputar di otakku membuat kaset makin kusut aja. Sudah berhari-hari aku berusaha untuk menyibukkan diri dengan apa saja yang bisa membuatku lupa, membuatku tidak mengeja namanya, tapi bahkan semenit pun taku tak bisa mengusirnya dari pikiranku.

When you love someone
Just be brave to say, that you want him to be with you
When you hold your love
Don’t ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true

When You Love Someone’nya Endah and Rhesa menggalir lembut. Mungkin benar kata mereka, aku harus berani mengungkapkan apa yang tengah aku rasakan atau aku akan kehilangan kesempatanku.

“Boleh aku mengatakan sesuatu, Ka?”

“Just say it.”

“Setelah kita melepas komitmen kita, aku berusaha sekuat tenaga untuk melupakanmu. Tapi semakin aku melupakanmu, semakin ingatan tentangmu semakin kuat. Aku mau jadi wanitamu lagi, aku mau jadi tempatmu berkeluh kesah lagi.”

Hening.

“Aku bingung harus ngomong apa. Please, jangan seperti ini.”

“Aku masih menyayangimu, Ka.”

“Maaf aku harus pergi.”

Dentingan suara Endah and Rhesa terdengar lagi, or you will loose your chance, to make your dreams come true. Aku bukan hanya tidak mewujudkan mimpiku malam ini, tapi aku sudah mempermalukan diriku sendiri.

Kini Raka adalah K, sebuah Kenangan di masa lalu yang seharusnya tak akan pernah kutengok. Dan aku kini, disini berdiri membelakanginya dan berpura-pura untuk menjadi kuat.

Don’t look back
I’ll be holding your picture
Until you walk into the door

In this old house
I’ll be spending my time
Watching the dust flying in the wind

Waking up to empty Saturday nights
Wonderful time of the day
Secretly wasted and hopelessly fading
Till you walk into the door

Don’t look back
You go full speed ahead now
While these walls
Freeze me back in time

In this old / small town
I’ll be spending my time
Watching the lights went down /go down in the night

Sebuah lagu dari Adhitia Sofyan mengalun lembut menyesap ke dalam anganku memperingatiku untuk tidak menatap ke belakang. Betapa bodohnya jika harus melihat ke belakang, sama halnya seperti menyakiti lagi luka yang sesungguhnya bisa mengering, lalu membuatnya menjadi borok. Please.. don’t look back.

Dia juga A, sesuatu yang mengundang Air mata tatkala bayangan darinya kembali muncul, menyesaki seluruh jengkal ingatanku.

Tapi aku janji padamu, Ka. Aku akan menyibukkan diri membuat ramuan yang bisa mengubah air mata serta ingatan tentangmu menjadi kristal lalu kuendapkan jauh di dalam hatiku.

Surabaya, Februari 2012.


dear Raka,

Masih ingatkah kamu beberapa penggal peristiwa yang kutuliskan di atas? 
Jangan munafik, kamu pasti ingat.
Kamulah penuntun kata-kataku, kamu lah semangatku dalam merajut aksara.
Lalu, aku sekarang sedang kebingungan Ka.
Semangatku kian meluntur.
Aku masih mencintaimu, Ka, walau pun aku tahu kamu tak lagi.
Aku hanya mau berucap maaf di sini, Ka.
Maaf pernah menjadi dinding penghalang kebahagiaan serta kebebasanmu.

sincerely, Aku


4 komentar:

  1. embaak canteek sabaar yaa :*

    "tapi aku sudah mempermalukan diriku sendiri"
    embaak gak mempermalukan diri sendiri kok mbak, tindakannya sah sah aja :* aku juga kyk gitu~ hahaa

    semangat embaak !

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih yaa lana sayang :))

      iyaa. cinta itu harusnya dipertahankan. diperjuangkan.
      tapi tak bisa sesimple itu sih.
      hehehe.
      cinta itu antara dua belah pihak.
      tak bisa jika hanya sepihak.
      jadinya namanya bertepuk sebelah tangan deh :*

      Hapus
    2. he.e mbak :))
      bertepuk sebelah tangan yaa ? hahaa

      aah~ skg aku jd fans tulisannyaa embaak~ soalnyaa kdg sama sih
      wkwkk

      Hapus
    3. hehe. tosss dulu :*
      makasihhh..
      ayo dongs kamu update lagi blogmu.
      tak tunggu niii :3
      hehehe.

      Hapus