: didik rahmadi
gerimis sudah satu jam menandai bumi dengan lembabnya sore tadi, aku masih diam di sebuah beranda dengan meja yang dengan tabah menahan beban dua cangkir teh, satu cangkir yang hampir tak tersentuh, sedang cangkir yang lainnya telah tandas. kursi di sebelahku pun telah ditinggalkan olehmu.
lukisan di ruang tamu dengan gambar seorang kakek yang mengajak cucunya mengunjungi sebuah pasar burung -- kesukaanmu, malam ini sedang gemar-gemarnya mencemoohku. satu jam ini dia menjulurkan lidahnya ke arahku.
hujan masih mengetuk-etuk atap rumahku, sedang aku mengutuk diri sendiri.
hujan memadamkan api rindu antara langit dan bumi yang hampir hangus, sedang aku memadamkan apa-apa tentang kita.
hingga langit kehilangan cahayanya, aku tak mampu menemukan buluh sebatang untuk kujadikan layang-layang yang mampu menerbangkan permintaan maafku sampai ke depan kamarmu.
pasca sarjana unair, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar