#CUK |
"Seperti
maut. Cinta selalu menjadi peristiwa tak terduga”,
Kutipan milik Firman A. di salah satu halaman buku
#CUK membuat saya hening sejenak, hingga kemudian saya tersenyum bahwa bukan
hanya cinta atau maut melainkan kotajancuk adalah hal-hal yang tidak pernah
saya duga sebelumnya.
Bermula dari jejaring sosial yang sering kita sebut
twitter dan kicauan-kicauan yang terlahir dari pikiran-pikiran tak terduga
kawan-kawan, kami jatuh ke dalam satu wadah yang sama, yang akhirnya kami beri
nama kotajancuk. Tak pernah direncanakan sebelumnya, kotajancuk lahir dari
celetukan-celetukan ringan kami di depan cangkir-cangkir kopi yang mulai tandas
isinya, dari gelak tawa yang selalu tercipta ketika kami saling bertatap, dari
pelukan yang kami tinggal jejakkan sebelum berpisah. Aku tak pernah percaya
tentang konsep belajar mencintai, cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Begitulah
yang saya rasakan pada kawan-kawan di sini.
Seperti biasa, celetukan-celetukan itu terlahir lagi
di setiap pertemuan dan seperti sebuah keajaiban, buku #CUK atau Cerita Untuk
Kita ini lahir melalui tarian jemari kami yang terhubung dengan perasaan dan
pemikiran yang tak terduga. Sekali lagi, tak terduga. Cerita Untuk Kita atau
yang lebih senang kami menyebutnya dengan buku #CUK yang merupakan antologi
puisi ini dilahirkan oleh 19 manusia-manusia hebat pecinta kata yang begitu
mengagumi puisi namun berasal dari latar belakang yang semuanya berbeda. Terdapat
86 puisi di dalamnya, yang jika kau membaca satu demi satu kau akan mendapati
dirimu semacam menaiki roller coaster
di sebuah taman hiburan. Ya, taman hiburan.
Kenapa roller
coaster?
Karena kalian akan mendapati perasaan yang beragam
ketika sudah terjun ke dalamnya, mungkin awalnya akan ada puisi yang tenang,
mengalir begitu saja yang menggambarkan perasaan dan pemikiran penulisnya lalu
kamu bisa saja selanjutnya tiba-tiba berdebar semacam roller coaster yang sedang menanjak lalu setelahnya kau bisa teriak
lepas penuh emosi seperti sedang menuruni tanjakan dengan kecepatan tinggi dan
kemudian tertawa setelahnya. Seperti itu, perasaan kalian akan dipermainkan
oleh tulisan-tulisan di dalamnya.
Buku #CUK juga kami persembahkan untuk kota kami
tercinta dan lahir tepat di bulan di mana dikenal hari pahlawan. Buku ini bukan
akhir dari tujuan kami, melainkan merupakan awal perjalanan kami. Buku #CUK merupakan buku antologi puisi kedua saya setelah Tiga Perayaan yang lahir awal tahun 2013. Hingga akhirnya, melalui buku
#Cuk, saya ucapkan, selamat mengembara di semesta kata-kata.
Surabaya, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar