Am I Ready?

Tadinya Nona Pop hanya ingin menghabiskan malam ini, sendirian.

Ada beberapa hal yang tak perlu direncanakan matang-matang, seperti memtuskan untuk memarkirkan mobilnya di halaman kedai ini lalu turun dan memesan satu gelas kardus machiato dengan nama yang lagi-lagi salah dituliskan oleh mas-mas bartender. Entah sengaja atau tidak, tapi kesalahan penulisan adalah salah satu strategi pemasaran yang cukup ampuh. Kamu tinggal sedikit typo lalu konsumen akan melayangkan protes dengan mengunggahnya di media sosial hingga hal ini menjadi salah satu postingan keren abad ini.

Tapi bukan mengunggah gelas kardus dengan namanya yang salah, Nona Pop bahkan tak sengaja berakhir di sini. Mengambil kursi di sudut ruangan dekat jendela lalu mengeluarkan ponselnya. Tak ada notifikasi, selain email dari klien dan sebuah chat dari Ari yang mengucapkan terima kasih atas proyek hari ini. 

*bulp*

Satu pesan Line di ponsel Nona Pop, perempuan itu menatap ponselnya tanpa menyentuhnya. Sebuah pesan tertulis di sana.

"Where are you?"

You must forget and forget to be free, you must forget to live.

Suara Johnny Flynn memenuhi langit-langit kedai, Nona Pop membuka komputer jinjingnya dan menekan tombol power. Sebuah suara mengagetkannya.

"Sibuk banget, ya? Sampai tak sempat membalas pesanku?"

Nona Pop mendongakkan kepalanya, tiba-tiba saja waktu seperti berhenti bergerak maju. Waktu tiba-tiba menyeretnya ke masa lalu, dimana laki-laki di depannya sedang menangis di depan pusara hewan peliharannya, lalu terlintas begitu saja bayangan laki-laki itu sedang tersenyum lebar karena Nona Pop memberinya sebuah kemeja berwarna biru langit di hari ulang tahunnya ke-25. Agak jauh lagi, waktu membawanya ke masa mereka baru saja menginjak kepala dua, laki-laki itu menggenggam tangan perempuan lain. Kemudian lebih jauh lagi, saat laki-laki itu loncat kegirangan di depan rumah Nona Pop karena lulus sidang skripsi dengan gelar Sarjana Kedokteran dan semakin jauh ketika dia sedang mengenakan busana putih-biru dan dikelilingi beberapa perempuan.

"Are you okay, Nona?"

Nona Pop tersentak dari lamunannya. Laki-laki itu tersenyum kepadanya, berlutut di hadapannya, menggenggam tangannya. Ya, kini tangannyalah yang dia genggam. 

I never knew just what it was about this old coffee shop

I love so much
All of the while I never knew
I never knew just what it was about this old coffee shop
I love so much
All of the while I never knew

Suara Landop Pigg menyelinap di antara anak-anak rambut yang menutup sebagian telinganya. Nona Pop tak punya kata-kata lagi, atau saat ini dia hanya ingin memanggil operator kedai dan memaki-makinya. Playlist ini lagi, kutuknya. Nona Pop masih ingat sekali, lagu yang sama, kedai yang sama, laki-laki yang sama, tujuh tahun lalu untuk pertama kali. 

"Kita nikah, yuk!"

Ujar laki-laki itu.






1 komentar:

  1. Aku baca ini sambil dengerin Falling In Love At a Coffe Shop mulai awal dan gak tau kalau di akhir paragraf di-play oleh operator kedai. Pantesan feel-nya dapet :)

    BalasHapus