Kali ini, aku menyimakmu,
bercerita tentang setia,
berpuasa demi cinta,
berbuka dengan linangan syukur berairmata.
.
Di meja mahoni,
kita tak lagi bercerita tentang cahaya pagi,
senja,
atau pelangi di malam hari.
Di meja mahoni ini,
izinkan aku menatap matamu,
menatap semestaku,
menikmatinya lebih dalam lagi.
.
“Sayang, aku malu pada cangkir kopi di depan kita,”
katamu,
kataku,
“aku malu bila tak memegahkan kita
saat cangkir di depan kita justru tersipu malu.”
.
Darimu,
di meja mahoni,
semangkuk kolak gula kamu sajikan untuk berbuka,
dan bercerita tentang tegar setia itu ada.
Dariku,
aku menatap malam seribu bulan di matamu,
saat kamu bercerita,
saat aku enggan pergi dari meja mahoni,
saat kita saling suap semesta cinta
dari semangkuk kolak gula.
.
——————-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar