Selamat Sore, Senja.
Sepertinya sudah lama ya tidak melihat wajahmu,
padahal baru saja kemarin saya memperhatikanmu. Tentu saja, dari jauh. Saya
masih belum punya rasa percaya diri untuk mendekatimu. Saya terlalu buruk rupa,
dan kamu terlalu indah buat seseorang yang buruk rupa macam saya ini. Tapi saya
sudah senang kok, meski pun hanya bisa memperhatikanmu dari sini. Dari sini aku
bisa melihatmu dengan sangat jelas, tapi sayang kamu tak akan bisa melihatku
dari sana.
Hai, Senja. Kamu tau engga, sepertinya Tuhan
sedang sumringah hatinya saat menciptakanmu, makanya kamu indah sekali. Tapi kamu
harus tau senja, kamu nggak bisa terlihat indah kalau hanya sendirian. Ada matahari
sama sinarnya tuh yang bikin kamu indah, jadi jangan sombong dulu ya senja. Saya
juga tak ingin senja menjadi sombong. Karena saya tahu, kamu itu orangnya baik
dan rendah hati. Makanya saya jatuh cinta pada kamu, senja.
Senja, kamu tahu nggak, kenapa aku menulis surat
cinta ini sama kamu ?
Saya suka kamu senja! Ah sepertinya saya sudah pernah
mengatakannya bukan? Tenang senja, saya tak menginginkan perasaan suka saya
kamu balas, kok. Kamu tahu saja itu sudah cukup buat saya. Kamu itu selalu
mengingatkan saya pada hal-hal yang sering aku sebut dengan kenangan, kenangan
yang meninggalkan noda dalam hidup saya, nodanya seperti kerak, susah untuk
dibersihkan, bahkan saya belum menemukan deterjen apa yang bisa membersihkan
noda itu. Tapi tak apalah, terkadang saya juga senang kok melihat kenangan itu
nempel gitu aja, bahkan ketika harus nempel di baju yang saya sedang pakai.
Sudah dulu yaa, senja, semakin lama saya
mengingatmu, semakin saya jatuh hati denganmu. Sekali lagi saya beritahu, kamu
terlalu indah untuk dicintai seseorang yang buruk rupa seperti saya.
gambarnya dapet dari sini :) |
Perempuan yang mengagumimu,
@patiwihputri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar