Berapa kali kamu jatuh cinta, setidaknya dalam satu tahun terakhir. Lalu mungkin berapa kali kamu patah hati karena bertepuk sebelah tangan, karena ternyata yang kamu suka sudah punya pacar atau bla bla bla yang lainnya. Nggak akan ada habisnya kalau kita ngobrolin tentang jatuh cinta, patah hati dan makanan sejenisnya. Itu kenapa sudah dua tahun aku memilih menjadi jomb.. ehmm.. sebut saja single. Entahlah, aku tak begitu suka dengan istilah jomblo. Terdengar sangat menyakitkan.
Aku duduk di salah satu sudut kedai kopi yang tak jauh dari kampus, teman-temanku entah ke mana. Dua orang sahabatku sedang pergi bersama kekasihnya, satunya lagi sedang sibuk dengan butik barunya yang baru saja dia buka bersama beberapa temannya sebulan lalu. Sedangkan aku, terdampar di kedai kopi yang sepi ini. Tak ada cerita seperti di cerpen-cerpen yang sering dibuat, aku-anggap saja seorang gadis manis yang sedang duduk sendirian di kedai kopi-lalu ada seorang anak laki-laki masuk dan melihat aku sendirian lalu duduk di hadapanku mengajak kenalan. Tak ada.
Iseng, aku mengaktifkan akun foursquare lalu check in di kedai kopi yang sedang saya singgahi siang ini. Sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponsel saya.
"Ngopi nggak ngajak-ngajak."
"Iseng tadi, sekalian nunggu kelas nanti sore."
"Makan siang, yuk. Temenin aku. Foodcourt Tunjungan Plaza."
"Jemput."
"Manja."
"Biarin."
"Yasudah tunggu situ, limabelas menit lagi sampai."
***
Surabaya tak pernah sedingin ini sepengetahuanku, tapi sudah sejak pagi matahari masih saja betah sembunyi di balik awan. Aku memarkirkan mobilku di pelataran kampus lalu masuk ke sebuah ruangan tempat mahasiswa berkumpul. Sebut saja himpunan mahasiswa, aku memang tidak terlalu berpengaruh dalam organisasi di kampusku, tapi minimal aku selalu berkontribusi dan menjadi bagian dalam memajukan dan mensukseskan acara-cara kampus.
Ada rapat siang hari ini, padahal aku sedang tak ada jadwal kelas. Friska, ketua himpunan saat itu memulai rapatnya. Tak ada yang terlalu penting untuk dibahas, hanya persiapan menjelang pemilu pemilihan ketua himpunan yang baru. Sudah setahun Friska menjabat dan dua bulan lagi sudah waktunya Friska untuk lengser dan memberi kesempatan kepada adik-adik angkatan kami untuk meneruskan perjuangan.
"Ada yang mau nambahin nggak, nih?"
"Kayaknya sejauh ini sih masih oke aja, Fris."ucap yang lain.
"Fris, gue cabut dulu ya? Ada urusan nih."bisikku yang duduk di samping Friska.
"Iya, balik aja duluan. Kita tinggal mberesin beberapa kok. Hati-hati."
Setelah berpamitan pada semua yang berada di ruangan aku melesat ke pelataran parkir yang lumayan jauh. Matahari masih bersembunyi, udara masih sejuk. Tapi tak berarti apa-apa buatku. Jalanan Surabaya tetap saja macet, istirahat makan siang. Mobil-mobil mulai turun ke jalan, klakson-klakson yang memekakkan telinga, pengendara motor yang nakal, penjual koran yang lusuh. Aku menarik napas dalam-dalam. Harusnya sih sudah sampai kalau nggak pake macet, apalagi aku bukan tipe orang yang suka ngaret.
"Sorry telat. Macet banget."
"Ah, lama. Aku bosan makanya aku sms kamu."
"Jadi aku cuman dicariin kalau lagi bosan?"
"Jangan suudzon. Tapi makasih ya, sudah mau nemenin aku."tukasnya seraya tersenyum lalu mengacak-acak rambutku.
Aku menarik napas dan ikutan tersenyum lalu membuka-buka buku menu, tatapanku di sana namun pikiranku menerawang jauh entah ke mana. Semacam terbang tanpa tujuan. Tapi aku tahu satu hal lagi selain Surabaya yang hari ini begitu sejuk, tatapannya lebih sejuk dari udara hari ini.
Jadi, apakah aku jatuh cinta?
Surabaya, 2013
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus