Seharusnya, aku tak patut untuk mengeluh. Sayangnya, aku hanya manusia biasa saja. Satu tahun belakangan aku banyak menerima kabar gembira berupa undangan pernikahan. Bagaimana aku tak turut bahagia melihat kawan-kawanku tengah berbahagia. Nyatanya, kabar gembira itu justru meninggalkan kegelisahan di atas kepalaku.
Membingungkan memang dengan kebiasaan sebagian orang di sekitarku yang menerapkan hukum tidak tertulis bahwa perempuan di usia sepertiku saat ini adalah saat-saat ideal untuk menikah, atau setidaknya sedang merencanakan pernikahan.
Aku sempat berpikir, mungkin menyenangkan jika memiliki lengan hangat milikmu sendiri. Tapi bagaimana bisa aku membayangkan jika kepada siapa hatiku terjatuh saja aku tak benar-benar tahu, atau lebih tepatnya aku sedang dalam masa dimana sebuah pertanyaan muncul di atas kepalaku setiap pagi,
"Jadi, cinta itu seperti apa?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar