Aku menatap cermin berukuran sedang yang mampu menampakkan sekujur tubuh perempuan mungil di depanku. Rambutnya lurus tak lurus, keriting tak keriting, jarang disisir dan tak beraturan. Ada kacamata yang agak sedikit mengembun termangu di atas hidungnya yang sama sekali tak bisa disebut mancung. Matanya sayu dengan kantung mata yang cukup dimasukin belanja rumah tangga selama sebulan. Ada pop up di atas kepalanya yang menunjukkan indikasi hatinya. Hatinya sedang kosong dan semangatnya tinggal satu per-empat dari seratus.
Sesungguhnya tak ada yang salah dari perempuan di dalam cermin yang sedang kupandang hari itu, tak ada yang aneh, semua normal seperti perempuan pada lainnya. Tapi yang aku tangkap, di sudah lupa apa itu cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar