Difference
Long Distance in Relationship? Shall we?
Ngelamunin apa sih?
Membaca Isi Kepala Perempuan
Malam Puisi Surabaya |
Sinta Dalam Keputusasaan.
Dear Mr. Nob,
Pukul berapa di tempatmu sekarang, Tuan? Di sini baru saja terdengar kumandang adzan Isya. Aku baru saja memarkirkan mobilku di garasi, bahkan aku belum juga turun dari mobil untuk menulis surat ini.
Betapa aku sangat merindukanmu, merindukan caramu tertawa juga lesung di pipi kananmu, merindukan caramu membenarkan letak kacamatamu yang suka miring. Oh, harusnya kau membeli sebuah kacamata baru yang lebih bagus, Mr. Nob.
Aku merasa kadang dunia ini terlihat tidak adil buatku, buat kita. Mengapa kita bisa sejauh ini. Aku suka merasa dunia ini menyebalkan saat melihat dua anak muda berpelukan di depanku saat menaiki eskalator. Rasanya ingin meninju kedua wajahnya. Haha. Konyol sekali.
Aku punya cerita untukmu, Sir. Tentu selain sarapanku yang gosong tadi pagi dan kukirimkan gambarnya lewat chat karena kutinggal sebentar untuk memeriksa surel di komputer jinjingku, aku punya kabar yang lebih baik dari itu.
Sore tadi, ketika aku membereskan mejaku untuk kembali merindukanmu setelah seharian berhadapan dengan layar komputer, atasanku memanggilku. Awalnya, kukira dia akan memarahiku habis-habisan karena seorang klien membatalkan kerja sama kemarin dan itu karena aku. Ternyata tidak, laki-laki 40 tahunan yang masih terlihat luar biasa meski sudah memiliki dua jagoan itu malah memberikan kenaikan gaji. Katanya agar aku lebih semangat lagi bekerja. Setelah sedikit mengomeliku mengenai kerja sama yang batal itu, tentunya.
Mr. Nob, kapan terakhir kali kita bertemu? Apakah kau tak ingin sebentar saja pulang untuk menemuiku? Rasanya, memendam rindu terlalu lama tanpa menuntaskannya sama saja dengan bunuh diri. Tapi tak apa, selesaikan dulu pekerjaanmu di sana. Jaga kesehatanmu, Tuan. Hal yang paling menyakitkan adalah mendengar kesehatanmu terganggu. Jangan telat makan dan jangan sesekali meninggalkan sholat.
Sincerely,
Who already missing you
Nona Pop.
Bangun Tidur Kuterus Mandi
Seperti biasa, saya menyikat gigi saya malam ini sebelum akhirnya merangkak ke atas tempat tidur untuk berbagi mengenai apa saja yang telah saya lalui seharian ini kepada Tuan Guling dan Nyonya Bantal. Merasa hidup ini seperti robot yang sudah diatur untuk setiap menitnya harus melakukan apa.
Saya bangun pagi hampir di setiap pukul 04.30, tanpa alarm. Kecuali ayah saya sudah membangunkan saya ketika adzan Subuh sebelum pukul 04.30 iti artinya saya bangun dengan alarm suara dan sentuhan dari ayah saya.
Saya bangun, shalat Subuh, memasak dan menyiapkan sarapan, lalu menonton televisi sebentar tentang bagaimana cara me-rescue anjing peliharan, lalu sarapan sisa orang-orang rumah sarapan, mandi, dan beraktivitas. Begitu terus setidaknya setiap hari Senin hingga Jumat.
Kemudian saya berpikir, apakah saya memang seteratur itu? Ternyata tidak, jika mengenai hati. Tapi iya jika itu mengenai aktivitas sehari-hari. Saya marah jika ada yang tidak menaruh sesuatu pada tempatnya, saya kesal jika melihat kasur berantakan atau tidak rapi, saya tidak nyaman melihat sesuatu tidak dalam susunannya. Hingga sekarang saya kurang paham, ini benar-benar OCD atau tidak. Jika saya marah mengenai masalah-masalah di atas, ibu saya suka berbalik memarahi saya. Terkadang, saya ingin sekali berteriak. Sekarang saya tanya, bagaimana jika kamu sedang berada di posisi tidak nyaman? Bad mood? Marah? Ya, itulah perasaan saya.
Begitu juga malam hari, saya tak bisa naik ke atas tempat tidur sebelum shalat Isya, mencuci muka, dan menggosok gigi. Saya juga tak bisa melanggar rambu, kadang saya pikir bukan karena saya tak mau, tapi karena saya takut.
Mungkin apa yang saya lakukan sehari-hari ini adalah pengaruh dari salah satu lagu waktu saya kanak-kanak. Bunyinya, bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku.
Semacam, saya harus mandi setelah bangun lalu menggosok gigi dan membantu ibu. Begitu setiap hari. Tapi keteraturan itu terkadang menimbulkan rasa takut dari dalam diri saya. Semisal saya diwajibkan pulang ke rumah pukul 9 malam tepat. Apa yang akan terjadi jika saya pulang melebihi pukul 9? Saya memikirkan hal-hal mengerikan. Atau bagaimana jika sehari saja saya tidak menggosok gigi? Apakah gigi saya nanti bolong terus sakit? Atau bagaimana jika saya melanggar rambu-rambu lalu lintas di depan saya? Jangan-jangan di depan ada polisi sedang sembunyi yang siap menilang dan memarahi saya dan banyak ketakutan-ketakutan lainnya.
Malam ini, saya menyudahi kegiatan menggosok gigi saya lalu menggumam dalam hati, "Mungkin ini waktunya saya untuk mengatasi ketakutan-ketakutan itu".
Surabaya, November 2015
Cerita Sahabat
Menyempatkan diri merenung di pagi hari di hadapan secangkir teh hangat tanpa gula. Sebenarnya siapa yang paling banyak memberi warna di hidup kita. Selain keluarga kandung, tentunya. Aku tak akan bercerita tentang keluargaku, sebab bercerita tentang mereka tak akan pernah habis bahkan dalam sepuluh judul buku.
Ini tentang sahabat dan siapa saja di sekeliling kita, yang sedikit banyak memengaruhi emosimu. Aku punya banyak sekali sahabat, tak akan cukup dihitung oleh jari di kedua tanganku ditambah tanganmu.
Aku punya sahabat-sahabat sejak SMP, SMA, juga ketika mengambil studi sarjana di salah satu universitas negeri yang sampai sekarang masih keep in touch dan akan begini seterusnya. Aku punya sahabat dari komunitas paling keren di Surabaya, dan banyak perkumpulan lainnya.
Aku punya seorang sahabat yang kami bisa membicarakan apa saja berjam-jam tanpa bosan, mulai dari hal-hal yang ringan sampai yang lebih berbobot macam politik. Kami punya pandangan yang sama sekali jauh berbeda mengenai politik tapi kami bisa punya selera film yang sama atau kami bisa berdebat dengan hebat mengenai hal-hal sepele lalu diakhiri tertawa terbahak bersama-sama.
Selain seorang sahabat, dia bisa jadi penghibur, pendengar yang baik, penasehat kesehatan, bahkan supir yang baik. Haha, yang terakhir maafkan, aku kadang bisa sedikit manja. Kami punya intensitas waktu bertemu yang cukup sering namun hampir tak pernah melakukan chat secara online. Kami menghabiskan waktu dengan menonton film dan membahagiakan perut. Bahkan kami bisa saling curhat tentang masalah masing-masing. Seorang penulis bilang, bahwa jika ada yang menceritakan masalah terberatnya kepadamu, itu artinya dia sangat percaya padamu dan kamu orang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya.
Mengapa aku menulis tentang dia? Sebab aku baru saja mendapat kabar baik darinya, beberapa hari yang lalu. Penelitiannya mendapat acc dari dosen pembimbing. Satu langkah lagi buatnya mendapat gelar sarjana. Sebagai sahabat aku turut berbahagia. Doaku, semoga segalanya selalu dilancarkan oleh Tuhan hingga dia memakai TOGA, nanti.
Bisa kudapat aamiin?
Surabaya, November 2015.
Saya terbangun pukul tiga tepat dini hari, kepala saya penuh dengan hal-hal entah dan segera ingin dimuntahkan. Mencoba mengajak langit-langit kamar mengobrol sebentar sebelum memutuskan untuk kembali memejam. Sebab tak ada yang lebih bijak dari mereka, mereka pendengar yang baik.
Saya ingin sekali bisa membaca isi kepalamu sekali saja agar tak lagi bingung mengambil keputusan, lalu menyesal. Sayangnya, bahkan membaca isi kepala saya sendiri saja saya tak pernah bisa, bagaimana membaca milik orang lain?
Ada dua pilihan yang membuat bimbang, membuat langkah kaki saya suka tiba-tiba terhenti, dan membuat saya lupa mengaduk minuman saya; haruskan saya tetap tinggal atau pergi saja?
Tapi mengapa saya harus pergi jika bisa tetap tinggal?
Saya mencintaimu lebih dari yang pernah kaubayangkan. Hanya saja, saya terkadang malu untuk mengakuinya bahkan kepada diri saya sendiri. Lalu saya teringat kata-kata dosen saya suatu hari, "satu hal yang sukar kamu lakukan itu hanya satu, berdamai pada dirimu sendiri."
Saya bukan puteri dan kamu bukan ksatria, bahkan tak ada bintang jatuh di antara kita. Tapi di mataku, kamu ialah ksatria. Saya mencintaimu bukan karena suatu hari kamu bisa mengabulkan semua impian-impian saya yang mustahil. Terkadang cinta terlalu rumit untuk diungkapkan. Namun belasan tahun rasanya membuat saya cukup paham dan yakin bahwa saya mencintaimu.
Jika kamu membaca tulisan ini, setidaknya kirimi saya sebuah pesan, katakan apa yang harus saya lakukan, sebab saya tak bisa membaca isi kepalamu.
Sampai Kita Sama-sama Memaafkan Diri Sendiri dan Masa Lalu
Tertipu?
Balai Pemuda untuk Berbagai Usia
Balai Pemuda, dari Jl. Gubernur Suryo |
Berbicara mengenai ruang publik di kota Surabaya tentu tidak akan cukup dalam satu tulisan. Kota yang kian hari makin macet ini memiliki sejuta ruang publik yang diberi nama warkop atau warung kopi di setiap sudut kota. Tak heran, menjamurnya warung kopi konvensional atau warkop hingga yang elit dan biasa disebut cafe disebabkan karena hobi wong Suroboyo, yaitu nyangkruk.
Pusat Ritel yang Disulap Menjadi Museum
Tunjungan Tempoe Doeloe (pict. from here) |
Tunjungan City, sekarang. (pict. from here) |
Menikmati Es Duren Cara Beda
es duren buntel oreo cheese |
Mungkin kawan-kawan sudah pernah nyoba atau pun sekadar tahu minuman es palu butung. Minuman yang paling pas dinikmati di terik siang. Es palu butung terbuat dari pisang yang dibalut oleh semacam kulit pancake dengan kuah santan manis dan bubur putih sebagai pelengkap.
Namun ada yang unik kali ini, dirintis sejak tahun 2014 dan diberi nama Es Duren Buntel. Penasaran? Yak! Es ini semacam modifikasi dari es palu butung namun dengan isian durian bukan pisang. Bagi pecinta rajanya buah satu ini, rugi banget lah kalau engga sampai nyobain.
Menunya bervariasi, dengan menu jagoan yaitu Es duren buntel original yang berisi duren buntel, bubur putih, jeli, dan nata de coco, lidah kalian akan diajak untuk berpetualang hebat dengan durian sebagai rasa yang paling kuat yang dipadukan dengan kuah yang manis. Bagi kalian anak kekinian, jangan khawatir, ada empat varian rasa lagi yang memanjakan lidah kalian. Ada es duren buntel froot loops cheese, es duren buntel oreo cheese, es duren buntel koko krunch cheese, dan es duren buntel honey corn cheese. Menarik, bukan?
Outlet di Jl. Kepanjen |
Jajanan yang menyebut para penikmatnya dengan #buntelista ini, stay dan siap menjamu kawan-kawan di Jl. Kepanjen, Surabaya. Tak jauh dari Tugu Pahlawan, salah satu icon kota Pahlawan yang sudah mendunia. Tepat di depan SMPN 2 Surabaya dan seberang Gereja Santa Maria Perawan. Kalau kawan-kawan masih bingung, silakan tanya paklek tukang becak di sekitaran situ Jl. Kepanjen di mana, insha Allah paklek becak tahu. Hehe. Es Duren buntel buka setiap hari Senin hingga Sabtu pukul 11.00-16.00. Follow juga instagramnya di instagram.com/esdurenbuntel.
Ciuman Pertama
Sembilan Tahun Untuk Selamanya
: kepada Penagenic dan Mbak Nyit
Salah satu keagungan semesta yang diturunkan Tuhan ke bumi ialah berwujud sepasang kekasih berbentuk Kalian. Tak banyak yang ingin aku sampaikan di sepucuk surat kali ini selain doa-doa baik. Mari tengadahkan kedua tangan kita bersama menuju langit, bersyukur atas anugerah 9 tahun bernama kalian.
Jika ada laki-laki bersedia menjadi landasan terakhit pesawat asmaraku mendarat, berjanjilah akan datang ke pesta sederhana kami sesibuk apa pun kalian nanti. Mungkin pesta kami tak akan mewah, hanya pesta kecil di sebuah kebun hijau dengan cemilan-cemilan favorit kami tertata rapi di atas meja-meja kayu dan hanya dihadiri keluarga dan teman terdekat, tapi percayalah, pesta kami tak akan lengkap tanpa kehadiran pasangan manis seperti kalian.
Selamat ulang tahun pernikahan, dan tetap menjadi pasangan favorit kita semua. Semoga akan selalu ada angka setelah 9, seperti 10, 11, 12, dan seterusnya. Semoga segera dianugerahi jagoan kecil, semoga Ayin selalu sehat dan tumbuh menjadi gadis kecil manis, semoga kesehatan selalu diberikan Allah kepada kalian berdua, semoga segala kebaikan dan kebahagiaan senantiasa merengkuh keluarga kecil kalian. Semoga ini adalah 9 tahun yang berarti untuk selamanya.
Surabaya, 5 July 2015
Peluk cium buat Ayin manis yang menggemaskan.